Ada juga yang berkebun disekitar mess di tanah kosong. Menanam sayuran, singkong. Dan hasilnya di jual kepasar. Terpenting kata Ilham dapur rumah mereka masih bisa ngepul. Dan juga buat uang jajan sekolah anak.
***
Ujar Ilham, banyak rumah mess itu sekarang tidak ditempati. Ada yang ambruk karena dimakan usia. Direbahi pohon besar yang tersambar petir ketika hujan lebat. Atau di tabrak mobil fuso dan konteiner karena tidak kuat mendaki dipunggung jalan yang menanjak.
Tinggal di mess yang ada disekitar jalan umum saat ini  memang berbahaya. Setiap saat mereka diancam oleh maut. Bagaimana saat tidur terlelap di malam hari, tiba-tiba rumah mereka di hantam mobil truk konteiner yang tidak kuat menanjak atau disebabkan rem blong.
Apa boleh buat kata Ilham. Untuk makan saja katanya susah. Apalagi harus menyewa atau mengkontrak rumah. Pasrah saja. Semua yang masih tinggal dirumah mess ini juga berpikiran sama. Yang penting ada tempat bagi mereka tinggal dan berlindung dari hujan dan panas.
Usangnya mess-mess karyawan pabrik kayu lapis yang dulunya mengalami kejayaan dan masih tersisa saat ini menjadi saksi bisu betapa ramainya perusahaan tersebut. Banyaknya pekerja, dan warung makan, dan toko penjual sembako disekitarnya pun saat itu menggerakkan roda ekonomi warga sekitar.
***
Kemana pemilik mes karyawan tersebut saat ini?. Aset tanah dan bangunan yang begitu luas sekitar jalan, di tinggal begitu saja oleh pemiliknya.Â
Konon pemilik perusahaan juga terlilit hutang, dan tidak bisa membayar gaji para karyawan hingga bertahun-tahun. Hingga dinyatakan perusahaan kayu lapis itu dinyatakan pailit oleh pengadilan.