Mohon tunggu...
Riduannor
Riduannor Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Citizen Journalism

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Jelmaan Parakang

17 Mei 2023   13:34 Diperbarui: 17 Mei 2023   13:38 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Parakang ( Sumber : Unplash.com)

Pak Munir baru saja datang dari kota. Ia ditugaskan di desa Karangan. Sebagai guru muda, ia beberapa kali mengalami perpindahan tugas. Pertama bertugas di daerah transmigrasi. 

Hampir satu lustrum, ia disana. Sampai akhirnya sekolahnya di demo masyarakat karena guru-gurunya pulang kampung di saat liburan. 

Bukan salah guru yang bertugas di kampung itu, karena libur sebulan penuh itu ketetapan Pemerintah. "Kalau sekolah lain libur, ya kita juga libur. Masa sekolah kita saja yang turun?." Kata Pak Beno berseloroh.

Pak Beno merupakan Kepala Sekolah di kampung itu. Ia yang pertama kali didemo masyarakat. Warga kampung mengelilingi sekolah yang dipimpin Pak Beno menggunakan parang panjang dari tawau malaysia. 

***

Kejadian itu diceritakan kembali oleh Pak Munir. Ia duduk di hadapan Bu Agus dan Suaminya. Ia mengantarkan selembar surat nota dinas dari Dinas P dan K kecamatan. 

Raut wajah Pak Amat dan Suradi yang mendengarkan cerita Pak Munir tampak tegang. "Kok bisa warga masyarakat, memaksa guru tetap mengajar di saat liburan sekolah?". Sela Pak Amat sambil menyeruput secangkir kopi hitam.

"Ya begitulah Pak, akhirnya Pak Beno memutuskan kami semua pindah tugas dari kampung tersebut. Pak Sobri pindah ke Tubaan. Sedangkan Pak Beno ditugaskan ke tunggal bumi, tambah jauh tempat tugasnya bila mau ke kota.

Pak Beno kuatir, sewaktu-waktu nyawa kami jadi terancam. Karena warga bila berdemo menggunakan senjata tajam. Kalau ada setan lewat, bisa mati kami semua.

"Sedangkan saya ditempatkan oleh Kepala Dinas P dan K, di kampung ini. " Jelas Pak Munir. Jarak dari tempat tugas lama hanya sejarak tiga desa. 

***

Saat tiba di kampung karangan, Pak Munir merasa ada yang ganjil. Penduduk kampung ini tidak terlalu banyak. Suasana terasa sunyi. Seakan ada aura mistik menyelimuti kampung ini.

Setelah menyerahkan surat dan berpamitan dengan Ibu Agus sebagai Kepala Sekolah. Pak Munir pulang bersama Pak Suradi kerumahnya. Ia menginap disana. 

Pak Suradi merupakan guru tetap dan tidak pernah tugas disekolah lain sejak diangkat jadi pegawai negeri. Ia memang putra daerah. Dan lulusan Sekolah Pendidikan Guru setingkat SMA/SMK saat ini. 

***

Sepanjang perjalanan menuju rumah Pak Suradi, Pak Munir merasakan beberapa pasang mata memperhatikan mereka. Rumah panggung besar yang terbuat dari kayu, dengan ornamen dan bangunan rumah tradisional suku bugis.

Ada mitos yang kuat di kampung karangan, ada beberapa masyarakatnya penganut ilmu parakang. Apa itu Parakang?. Berdasarkan kepercayaan masyarakat setempat, parakang termasuk makhluk jadi-jadian. 

"Bila ketemu kaleng kerupuk ditengah jalan, pukul saja sekali sekuat-kuatnya. Begitupula pohon pisang, yang tiba-tiba muncul ditengah jalan kampung. Itu jelmaan Parakang." Kata Pak Suradi.

Jangan heran, Pak Munir bila tinggal di kampung ini menemukan hal-hal aneh di malam hari. Bahkan seekor kucing hitam, tanpa ekor dengan mata seperti milik manusia itu juga jelmaan Parakang. 

"Pukul saja sekali, jangan sampai dua kali. Karena itu akan menjadi obat bagi Parakang. Menurut kepercayaan masyarakat Sulawesi selatan, Parakang merupakan penganut ilmu hitam yang tidak berhasil. 

Konon katanya, Parakang menyukai Ibu hamil, orang sakit, orang yang sedang diare, wanita yang sedang datang bulan, dan orang yang sering ke kamar mandi.

***

Kata-kata Pak suradi membekas di benak Pak Munir. Di kampung transmigrasi di demo warga karena liburan terlalu lama, sampai satu bulan. Di tahun 1999 memang sekolah diliburkan selama satu bulan selama bulan Ramadan.

Ditempat tugas baru, malah harus berhadapan dengan teror makhluk kasat mata. Pak Munir jadi penasaran, seberapa bahaya makhluk jadi-jadian yang bernama parakang. 

Manusia tapi berwujud roh halus ketika menjelma menjadi Parakang. Kok ada ya manusia setengah siluman ditengah era kemajuaan jaman seperti ini. Entahlah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun