Genap satu bulan saya tidak membuat artikel, puisi, ataupun cerpen di Kompasiana. Seakan menjadi Ghostwiter. Tapi sebenarnya, banyaknya kegiatan Pendidikan Guru Penggerak yang harus dikerjakan dan di selesaikan.
Tak terasa bulan Ramadhan tinggal menghitung hari. Bulan yang ditunggu-tunggu oleh Umat Islam di seluruh dunia. Orang zaman dulu, ketika memasuki bulan Ramadhan, ada yang berziarah kesanak keluarga yang sudah meninggal dunia.Â
Pergi ke Makam orang tua, kakek dan nenek, ataupun sanak keluarga lainnya. Ziarah memang merupakan tradisi turun temurun yang dilakukan ketika memasuki bulan Ramadhan.
Saya sendiri, sudah tidak bisa melihat Ibunda tercinta, sejak mulai merebaknya pandemi Covid-19 di Samarinda. Â Beliau berpulang menghadap sang pencipta. Dan sudah tiga Ramadhan tidak pernah berjumpa lagi.
Kehilangan orangtua tercinta, apalagi yang melahirkan kita sesuatu yang meninggalkan kesedihan mendalam. Biasa, setiap bulan Ramadhan, setahun sekali bisa merasakan masakan bunda tercinta ketika menjelang Sahur. Sungguh masakan yang istimewa.
***
Biasa, beliau menelpon untuk mengambil makanan kerumah yang jarak antara rumah saya dengan beliau kurang lebih 4 Kilometer. Karena memang saya tinggal berbeda desa dengan orang tua.Â
Dan ketika menjelang berbuka puasa, beliau menelpon meminta dibelikan jajanan kesukaannya di pasar Ramadhan yang menyediakan berbagai jenis kue yang hanya ditemukan disaat bulan Puasa.
Memang segala sesuatu yang sudah pergi selama-lamanya dari dunia, tidak akan kembali lagi. Waktupun tidak bisa di putar kembali. Semuanya maju kedepan, tidak bisa dimundurkan walaupun hanya satu detik.
Dan kini bulan penuh keberkahan ini datang kembali. Banyak orang yang ingin berharap bisa bertemu dengan bulan Ramadhan. Bisa berpuasa di siang harinya, dan beribadah di malam harinya. Menjalankan Sholat Tarawih bersama keluarga. Dan makan sahur pada malam hari.