Mohon tunggu...
Riduannor
Riduannor Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Citizen Journalism

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Kejadian Aneh Saat Menulis Cerita Misteri

21 Januari 2023   09:13 Diperbarui: 21 Januari 2023   09:44 638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya jadi tertarik menuliskan peristiwa ini. Saat menulis Cerita misteri secara perdana mengenai sebuah desa yang ada di Kalimantan Timur. Saya memulai menuliskannya pada malam jum'at kemarin, tanggal 20 Janauari 2023.

Dengan latar belakang tulisan tahun 1981, dengan tokoh utama seorang guru yang ditugaskan di daerah terpencil. Referensi tulisan ini saya ambil dari cerita-cerita orang tua sendiri. 

Saat itu beliau masih bekerja di perusahaan kayu saat banjir Kap. Banjir Kap merupakan peristiwa eksploitasi kayu gelondongan secara besar-besaran pada tahun 1970. Dan menjadi cikal bakal munculnya Orang kaya baru (OKB) di Kalimantan Timur.

Cerita misteri (Cermis) tersebut mulai saya tulis tepat pukul 12.00 malam. Sepanjang penulisan, terjadi beberapa gangguan. Saat menulis saya bersandar pada pintu rumah. Dan mengetik tulisan di tablet android yang  setia menemani pada sebuah meja kecil. 

Beberapa kali badan saya terdorong kedepan, seakan ada yang menendang pintu dengan kaki. Saat saya lihat keluar melalui gorden pada jendela. Diluar hanya sepi dan tidak ada siapa-siapa. 

Saat saya melanjutkan lagi, kembali pintu ditendang-tendang kecil. Saya jadi penasaran. Siapa yang melakukan gangguan tersebut. Memang cermis yang saya tulis adalah tentang mitos hantu kuyang yang menjadi pusatnya di pedalaman kalimantan, di sebuah desa bernama tuana Tuha.

Dengan bersusah payah saya menuliskannya. Akhirnya tulisan untuk bagian pertama selesai. Dan siap untuk dikirim ke akun kompasiana untuk ditayangkan. Saya memilih menjadwalkan tayang sekitar jam 05.00 pagi. Tulisan tersebut memang tidak langsung di publish. 

Saat saya berada di kamar mandi seakan ada sepasang mata yang mengawasi dari plafon rumah yang rusak. Plafon rumah tersebut jebol karena telah lapuk akibat tetesan air hujan yang merembes dari atap yang bocor.

Sekitar jam 05.30 wita saya terbangun. Saya membuka akun Kompasiana. Tulisan tersebut masih tersimpan di draf penulisan. Seharusnya tulisan itu sudah tayang. Kok masih tersimpan di draf?. 

Saya kemudian mencari di beranda Utama kompasiana tidak ada tulisan tersebut muncul. Berarti tulisan cermis ini belum diterbitkan. Saya mengklik kirim, supaya tulisan tersebut terbit. Tapi malah muncul tulisan, kalau cermis itu sudah terbit. Dan saya harus menunggu 1 jam lagi untuk mengirim sebuah artikel sesuai aturan di FAQ Kompasiana.

Saya mencari lagi tak ada juga tulisan cermis tersebut muncul. Biar saya tidak mengirim tulisan berulang. Cermis yang masih tersimpan di draf saya hapus saja. 

Saya tambah heran ketika melihat tulisan itu muncul diberanda kompasiana setelah 2 jam berlalu. Ternyata tulisannya sudah terbit. Tapi kok gak ada yang melihat atau membaca selama 2 jam berlalu. 

Saat saya klik, ada gambar robot yang menyatakan tulisan sudah dihapus. Saya tambah terkejut. Tidak ada kata-kata tulisan tersebut dihapus karena melanggar ketentuan dari Admin K. Di pesan notifikasi juga tidak ada saya temukan pesan dari admin kalau cermis tersebut melanggar syarat dan ketentuan dari Admin K.

Melihat beberapa kejanggalan tersebut, saya memilih tidak melanjutkan menuliskannya di kompasiana secara bersambung. Cermis tersebut memang saya buat perbab untuk nantinya diterbitkan menjadi buku berupa novel.

Apakah ini merupakan gangguan dari makhluk tak kasat mata yang tidak menginginkan cermis tersebut terbit di Kompasiana?. Ah terlalu berlebihan. Saya baru merasakan menulis sebuah cermis tidak selancar menulis artikel dan tulisan biasa lainnya.

Mungkin Sahabat Kompasianer yang budiman pernah mengalami hal yang sama bisa berbagi informasi dengan memberikan komentar pada tulisan ini. Salam dan Bahagia buat semuanya (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun