Sampai waktunya kegiatan Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Angkatan 7 pada modul 1.4 yang merupakan modul terakhir, dari 4 modul yang dipelajari. Dan ada jeda selama 3 bulan pembelajaran secara online bersama fasilitator.
Apakah tidak ada kegiatan sama sekali bagi Calon Guru Penggerak (CGP) selama jeda? Tentu saja tidak. Kegiatan selanjutnya selama 3 bulan waktu jeda pembelajaran online dan mandiri melalui LMS adalah melakukan aksi nyata.
Aksi nyata merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Calon Guru Penggerak (CGP) setelah mempelajari beberapa modul baik secara online dan mandiri melalui LMS.Â
Pada tahapan ini paket modul 1 terdiri dari 4 modul yang saling terkoneksi satu sama lainnya, yaitu: Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional-Ki Hajar Dewantara, Nilai dan peran Guru Penggerak, Visi Guru Penggerak, dan Budaya Positif.
Di aksi nyata seorang CGP melakukan praktik langsung dari Ilmu pengetahuan yang didapatkannya selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak selama beberapa bulan berjalan.
Setiap ilmu pengetahuan yang didapatkan tanpa dipraktikkan dan diimbaskan kepada sesama guru yang berada di ruang lingkup kerjanya, ataupun kepada warga sekolah yang terdiri dari Kepala Sekolah, guru, staf pendidik, dan siswa bagaikan pohon yang rindang namun tak berbuah.
Membuat Kesepakatan Kelas
Hal yang paling penting dilakukan oleh seorang Guru Penggerak adalah diawal aksi nyata adalah membuat kesepakatan kelas.Â
Bagi saya yang selama ini mengajar sekitar 25 tahun menjadi guru, baru mengenal yang namanya kesepakatan kelas, Apa tujuannya dan mengapa harus dibuat kesepakatan kelas, serta dampaknya ke depan bagi siswa, dan keterlibatan guru di dalamnya.
Selama ini guru membuat peraturan di dalam kelas yang harus ditaati oleh semua murid. Aturan itu biasanya diikuti dengan konsekuensi bagi yang melanggarnya, bisa berupa sanksi dan hukuman.
Kalau kita mundur sepuluh atau lima belas tahun ke belakang, masih didapati guru yang masuk kedalam kelas membawa penggaris, memberikan hukuman bagi murid yang tidak patuh karena ribut di dalam kelas, tidak mengerjakan tugas, terlambat datang ke sekolah, dan lain sebagainya.
Kesepakatan kelas berada di bawah peraturan kelas, yang bentuknya berupa keyakinan kelas. Kesepakatan kelas memuat hal yang dianggap penting. Mudah dipahami semua pihak, baik guru dan murid. Bahasa yang digunakan mudah dipahami, ringkas, mengandung kata-kata positif.Â
Kesepakatan kelas yang telah dituangkan bersama warga kelas, berubah menjadi sebuah keyakinan kelas. Dibuat secara tertulis dan dipajang di kelas, supaya bisa dilihat sewaktu-waktu dan direfleksikan secara berkala oleh guru dan murid.
Semua yang dituliskan oleh murid, sesuai dengan impian kelas yang diinginkan masing-masing. Kesepakatan kelas yang berubah jadi keyakinan kelas itu menjadi sumber kekuatan menciptakan nilai-nilai dan budaya positif di sekolah.
Selain itu juga berfungsi sebagai media komunikasi untuk mengembalikan peran murid sebagai subjek pendidikan. Dan cara guru melatih murid untuk bertanggung jawab, khususnya yang sudah di sepakati bersama. Tanpa diikuti dengan sangsi dan berupa hukuman.
Pengimbasan Aksi Nyata Budaya Positif dengan Sesama Praktisi
Untuk kegiatan pengimbasan aksi nyata Budaya positif dengan sesama guru merupakan langkah selanjutnya yang dilakukan CGP selama jeda kegiatan pembelajaran online dan mandiri melalui LMS.
Kegiatan ini bisa dilakukan melalui Komunitas Praktisi yang sudah ada seperti Kelompok Kerja Guru (KKG) baik di sekolah ataupun kecamatan di jenjang SD. Dan melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) bagi guru mata pelajaran yang berada di jenjang SMP dan SMA/SMK.
Istilah pengimbasan merupakan upaya Guru Penggerak berbagi ilmu pengetahuan yang didapatkan selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak setelah menyelesaikan 4 buah Modul Utama.
Saya sendiri masih mempersiapkan diri dan bahan kelengkapan berupa media berbagi berupa powerpoint untuk pemaparan materi nilai-nilai dan Aksi Nyata Budaya Positif di sekolah.Â
Tujuannya agar semua warga sekolah bisa mengetahui ilmu yang didapatkan selama mengikuti Program CGP dan dipraktikkan kepada murid masing-masing. Yang pada akhirnya berujung menciptakan profil Pelajar Pancasila.
Sebuah tantangan bagi guru penggerak, menjadi pemimpin pembelajaran di sekolah. Paling tidak dikelasnya masing-masing. Dan menjadi agen perubahan dalam dunia pendidikan.Â
Melakukan inovasi-inovasi yang mampu menggerakkan potensi-potensi di sekolah. Dengan cara berkoloborasi dengan sesama guru dan sesama praktisi serta dengan murid.Â
Dengan cara berkolaborasi, guru bisa lebih mudah dalam membuat program pengembangan yang merefleksikan adanya kebersamaan, kekompakan, dan keseimbangan komunitas sekolah (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H