Warga perumahan, dan kehidupan bertetangganya agak sedikit cuek, dan kurang empati dengan sesama tetangga. Bahkan ada warga yang tinggal bertetangga puluhan tahun, tidak pernah saling mengenal dengan siapa tetangga di sebelahnya.
Kesibukan, dan sering tugas ke luar kota membuat warganya kurang memperhatikan keadaan sekitar. Kebersihan lingkungan, jaga malam, di serahkan kepada petugas khusus yang di gaji warga melalui iuran melalui RT perumahan.
Pagar rumah yang tinggi, dan berteralis. Dibatasi oleh dinding, menambah jarak antar sesama tetangga. Urusan keseharian bertetangga, terasa biasa saja. Karena warga sibuk dengan urusannya masing-masing.
Perbedaan yang kontras saat penulis tinggal di desa dan kota adalah interaksi sosial, empati warga tinggal di desa bertetangga lebih tinggi ketimbang saat berada diperumahan yang ada di perkotaan.
***
Kadang kejadian yang dialami tetangga sebelah, sesama tetangga tidak tahu apa yang dialami. Pernah kejadian, seorang tetangga di sebelah rumah, perabotan rumah, televisi, mesin cuci, dan lainnya habis dikuras maling.Â
Tetangga kiri kanan baru tahu, setelah pemilik rumah pulang dari tugas luar kota, dan bepergian satu keluarga.Â
Para maling, mengangkut barang pada malam hari menggunakan mobil pick up. Dikira tetangga sebelah, mau pindah rumah, tak tahunya itu adalah perampok atau maling yang sudah survei dan memperhatikan rumah yang menjadi incarannya.Â
Sehingga kegiatannya mengangkut barang pemilik rumah, tidak mencurigakan. Pemilik rumah hanya terdiam, semua barang perabotan rumah, barang elektronik lainnya hilang tak bersisa.
***
Hidup bertetangga di desa dan Kota memang sangat berbeda. Bertetangga di desa terasa akrab, kepedulian sesama warga, rasa empat yang tinggi tercermin dari guyup dan rukun kehidupan pedesaan.