Mohon tunggu...
Riduannor
Riduannor Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Citizen Journalism

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pohon Perteduhan di Pinggir Jalan, Pejalan Kaki dan Burung Enggang

14 Oktober 2022   15:25 Diperbarui: 14 Oktober 2022   15:32 977
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Burung Enggang (sumber gambar: timlaman.com via Pinterest)

Pencari gaharu, beristirahat malam hari. Terkadang mereka sambil berburu hewan sejenis pelanduk, atau babi disekitar hutan didirikan tenda. Untuk menambah bahan makanan, ataupun di jual ke penduduk sekitar bila mereka pulang dari mencari kayu gaharu.

Kayu gaharu merupakan komoditas hutan yang mempunyai nilai jual yang tinggi. Harga satu kilogram gaharu berkualitas super bisa mencapai ratusan juta.

Saat penulis berjalan kaki menuju kampung sebelah, sering kali berpapasan dengan rombongan para pencari kayu gaharu yang baru berangkat  masuk hutan atau pulang ke rumah setelah berminggu-minggu berada di dalam hutan. Mereka membawa pikulan dari rotan yang dianyam di sebut anjat oleh suku Dayak.

***

Sebenarnya, bagi warga kampung yang hidup dan tinggal di pedesaan dengan lingkungan alam yang masih alami berjalan kaki merupakan kearipan lokal. Kalau mau dikatakan orang Indonesia malas berjalan kaki, rasanya tidak semuanya salah dan tidak semua benar.

Bagi yang tinggal diperkotaan bisa jadi penelitian itu benar. Karena kemudahan alat transportasi dan sarana bepergian yang mendukung. Rata-rata masyarakat perkotaan mempunyai kendaraan pribadi yang bisa setiap keluarga mempunyai lebih dari satu.

Sedangkan warga kampung berjalan kaki puluhan, ratusan, bahkan berkilometer menjadi kebiasaan. Bahkan berburu di tengah hutan, mencari hewan liar menjadi hiburan bagi masyarakat yang bermukim jauh dari perkotaan.

***

Pohon Perteduhan di pinggir jalan

Menempuh perjalanan berkilometer tentu sangat melelahkan. Jalan yang dilalui hanyalah berupa jalan setapak, yang sudah menyempit karena dirayapi tumbuhan menjalar dan rumput liar. Terkadang tidak ada pepohonan besar di pinggir jalan.

Di jalan setapak yang penulis lalui, setengah perjalanan baru terdapat kekayuan besar. Kayu ketapang, yang letaknya persis dipinggir jalan tersebut menjadi pohon perteduhan. 

Pohon perteduhan layaknya halte tempat transit untuk warga kota menunggu angkutan umum. Dahannya yang besar memanjang, seakan membentuk payung raksasa. Melindungi penulis beristirahat di bawah pohon dari sengatan matahari. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun