Mohon tunggu...
Riduannor
Riduannor Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Citizen Journalism

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Musim Hujan di Desa Ini

8 Oktober 2022   22:34 Diperbarui: 13 Oktober 2022   22:02 1901
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

"Alhamdulilah mang Ujun, hujan turun" ucap Pak Mufid sambil menghisap sebatang rokok kretek lintingan.

"Iya Pak Mufid, warga setiap hari hanya disibukkan mengangkut air. Tanaman dan sayuran pun banyak mati, kekurangan air" sahut Mang Ujun sambil menikmati sepotong singkong rebus.

Sumur yang berada di depan rumah dinas guru tersebut, juga mulai terisi air hujan. Semalaman hujan turun dengan deras. Gentong dan drum-drum penampung air di rumah warga terisi penuh. 

Pak Mufid dan Mang Ujun mengobrol ngarul-ngidul sampai jauh malam. Keduanya, selalu mengucap syukur dengan turunnya hujan yang deras.

Hujan bagi warga di desa ini, bagaikan barang mewah yang turun dari langit. Kemarau panjang, hampir 6 bulan menghampiri desa ini. Tanaman warga kampung, sulit untuk tumbuh dengan baik. Banyak yang mati, sebelum dipanen.

Pepohonan dan semak belukar yang tumbuh liar di sekitar jalan desa ini, penuh dengan debu. Panas sangat menyengat di siang hari. Angin yang bertiup pun di siang hari terasa pengap.

***

Hewan ternak yang dipelihara warga pun gelisah, dan kepanasan berada di kandang. Bebek pun tak punya air buat berenang. Sekarang hujan pun turun membasahi bumi kerontang tersebut dengan derasnya.

Kodok pun bersorak sorai, bersahutan menyambut datangnya hujan. Hewan liar diluar sana, seakan bergembira. Kemarau panjang yang menimpa desa ini akhirnya berlalu.

Desa ini biar dilanda hujan semalaman, tidak akan mengalami banjir. Karena kontur alamnya yang berada di tengah bukit berbatuan. Kiri kanan desa, dipenuhi kekayuan karet yang lebat, menjadi penyangga dan pengikat air yang mengalir deras dari lereng-lereng perbukitan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun