Mohon tunggu...
Riduannor
Riduannor Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Citizen Journalism

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Quiet Quitting Operator Sekolah dan Quiet Firing dari Sekolah, Bagaimana Solusinya?

22 September 2022   08:48 Diperbarui: 22 September 2022   20:25 879
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bekerja (DragonImages)

Baiklah, saya akan menuliskan tentang Quiet Quitting dari sisi yang berbeda, dan sesuai pengalaman selama menjadi Operator sekolah yang menangani berbagai tupoksi dan ruang lingkup kerja di sekolah yang membuat operator resign kerja, karena banyaknya tuntutan.

Menjadi seorang operator di sekolah, mempunyai ruang lingkup kerja yang sangat luas. Bahkan bisa di katakan melampaui tugas pokoknya. Misalnya seorang operator dapodik, bisa merangkap sebagai Tata Usaha, bisa juga membantu guru-guru melakukan isian pendataan kepegawaian.

Operator sekolah juga bisa bertindak sebagai proktor sekaligus operator pada kegiatan Asessement Kompetensi Minimum (AKM) yang di adakan oleh Kemendikbud, bagian dari kebijakan Merdeka Belajar.

Tugas Operator Sekolah dan proktor, dua hal yang berbeda. Dan tidak semua operator bisa menjadi proktor. Proktor di sekolah sebagai sosok yang tiba-tiba muncul dalam penyelenggaraan pendidikan terkini.

Operator di sekolah di minta membantu membimbing siswa bisa mengikuti proses dan tahapan AKM dan juga Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) dengan baik.

Dan seorang Proktor bertanggung jawab mengendalikan server utama kegiatan AKM dan UNBK. Dan mensetingkan laptop atau komputer yang dipergunakan siswa melakukan ujian ataupun Assesment.

Memang idealnya, seorang operator sekolah berlatar belakang SMK Multimedia, ataupun mumpuni di bidang Ilmu Teknologi (IT) kekinian. Tapi apakah semua operator sekolah berlatar belakang SMK Multimedia  dan mumpuni di bidang  IT?.

Jawabannya, hanya nol koma persen, yang mempunyai pendidikan dari SMK Multimedia. Kebanyakan pelamar yang mengajukan diri di sekolah, terutama di SD kebanyakan dari SMA dengan jurusan IPA atau IPS.  Dan mempunyai kemampuan dasar komputer yaitu mengetik program word dan excel.

Berbeda dengan di tingkat SMP, SMA/SMK tentunya sekolah mempunyai ketentuan dan kompetensi khusus yang di miliki pelamar bila ingin menjadi operator Sekolah.

Mengapa Quiet Quitting terjadi pada Operator Sekolah dan cara mengatasinya?

Bekerja sebagai operator sekolah dengan di perusahaan, atau sebagai guru baik honor maupun pns tentulah berbeda. Yang berbeda jauh adalah dari segi kesejahteraan yaitu gaji dan penghasilan lainnya.

Gaji seorang Operator Sekolah diambilkan dari dana Bantuan Operasional sekolah Nasional (Bosnas) atau Bantuan Operasional Daerah (Bosda). 

Pilih salah satu, sesuai dengan status tenaga honorernya. Bila sudah mempunyai NUPTK gajinya dibayarkan menggunakan dana Bosnas. Bila belum, dibayarkan gajinya menggunakan dana Bosda.

Operator Sekolah, terutama operator Dapodik merupakan tugas mulia. Sosoknya merupakan jantung sekolah, karena semua proses di sekolah bermuara pada pendataan yang dilakukan oleh Operator dapodik, baik verval PD, Verval GTK dan PTK, mengelola siswa mutasi melalui Dapodikdasmen secara online.

Melakukan verval data PTK dan pengolahan data bagi guru yang menerima tunjangan profesi melalui Info GTK. Dan juga melakukan pengiriman siswa di sekolah secara realtime di progres Dapodikdasmen, sebagai syarat cut off dana Bosnas yang ditetapkan berakhir pada tanggal 31 Agustus setiap tahunnya.

Dari berbagai Curhat colongan (Curcol), hehehe,  yang penulis dengar dari beberapa operator sekolah ketika ngumpul dalam kegiatan bersama operator sekolah, di wadah bengkel dapodik, penyebab Quite Quitting di kalangan operator, yaitu :

  • Minimnya Gaji Operator Sekolah

Gaji seorang Operator sekolah, tidaklah sebanding dengan pekerjaannya. Dan memang tidak bisa di bandingkan dengan orang yang bekerja di perusahaan. 

Gaji yang diberikan oleh pihak Sekolah, dalam hal ini di bayarkan oleh Bendahara Sekolah di berikan sesuai dengan kemampuan sekolah. Jauh memang dari Upah minimum regional (UMR). Kisaran gaji seorang operator sekolah saat ini di kisaran Rp.500.000-Rp.1.000.000 di lihat dari lama dan barunya bekerja sebagai operator.

Syukur, kalau sudah mendapatkan uang Insentif yang diberikan oleh pemerintah kota secara triwulan, sebesar Rp.700.000 perbulannya. Biasanya, bisa di ajukan mendapat insentif, setelah 2 tahun bekerja sebagai tenaga kependidikan, yang di usulkan melalui Dinas Pendidikan Kota. 

Sering muncul guyonan sesama operator ketika ngumpul di bengkel dapodik, atau saat bimtek oleh Dinas Pendidikan. " Buat apa bekerja siang malam, sampai lupa waktu. Kalau sakit, sekolah tinggal cari operator baru".

Walaupun gaji operator sekolah, masih minim bahkan di bawah UMR, semangat tetap ada. Karena memang harus semangat, deadline syncronisasi dapodik tidak bisa ditunda, setiap awal semester akan ada cutt off dana bosnas. Kalau terlambat, atau tidak syncronisasi setelah cutt off bosnas, sekolah bakal tidak mendapatkan dana Bosnas tahun anggaran berjalan.

Kalaupun tidak syncron sama sekali operator, sebelum waktu cutt off berakhir, telpon akan terus berdering siang malam, baik dari operator dinas, ataupun dari Kepala Sekolah. Karena progres syncron dapodik bisa di pantau melalui web Dapodikdasmen.

  • Tugas tambahan bagi Operator Sekolah

Biasanya seorang operator sekolah bukan saja mengerjakan tugas pokoknya, mengelola dapodik, saat pendataan ataupun penerimaan peserta didik baru (PPDB), beberapa sekolah juga melibatkan operator sebagai penyusun laporan surat pertanggung jawaban (SPJ) Bosnas maupun Bosda. 

Tugas tambahan sebagai operator penyusun RKAS ataupun SPJ Bosnas dan Bosda yang cukup menyita waktu, pengerjaan  secara online melalui Manajemen  Aplikasi RKAS. Dan selain itu operator yang di berikan tugas tambahan tersebut harus wara-wiri konsultasi ke dinas mengenai laporan.

Bagi operator sekolah yang kurang bisa membagi waktu, dengan berbagai tugas tambahan yang di bebankan. Ditambah Quite Quitting dalam bekerja, akan menjadi masalah di belakang hari bagi sekolah.

Misalnya SPJ Bosnas dan Bosda yang tidak selesai tepat waktu, ditambah bendahara sepenuhnya menyerahkan laporan RKAS dan SPJ Bosnas maupun Bosda ke Operator Sekolah. Bisa berakhir di pemeriksaan keuangan oleh Inspektorat Daerah atau Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Bagaimana Solusinya?

Mau tidak mau, perhatian dan komunikasi yang baik perlu di jaga antara operator sekolah dan bendahara, supaya bisa saling membantu. Di satu sisi operator sekolah dibebani pekerjaan tambahan, tentu bendahara bisa menganggarkan honor di luar tugas wajib, tanpa harus melanggar aturan yang berlaku.

Sehingga Quite Quitting dapat di hindarkan muncul pada diri operator sekolah. Pentingnya penghargaan, dan komunikasi yang baik menjadi jalan solusi, dan operator bisa bekerja dengan nyaman, dan smart.

Quiet Quitting membuat Sekolah sering ganti Operator

Faktor honor yang kecil, sementara pekerjaan yang banyak dan tuntutan harus selesai tepat waktu, tidak dipungkiri menambah tingkat stress seorang operator sekolah. 

Di sekolah penulis, resign kerja operator sekolah karena tidak bisa menyelesaikan beban kerja yang diberikan, adanya kesalahan karena kurang menguasai aplikasi dapodik, dan lainnya, di tambah bekerja Quiet Quitting, membuat sekolah Quiet Firing. 

Quiet Firing, terjadi karena adanya keluhan Kepala Sekolah yang pekerjaan diberikan tidak selesai, baik mengelola laporan bulanan, verval PD, dan permaslaahan lainnya. Serta keluhan guru yang tunjangan sertifikasinya tidak cair, karena info GTKnya Valid.

Memburuknya komunikasi membuat operator Sekolah resign. Dalam hitungan di Sekolah penulis, sudah 3 kali operator silih berganti. Diantaranya prilaku Quite Quitting, tidak bekerja bila tidak disuruh, ataupun kurangnya inisiatif menyelesaikan pekerjaan yang bermasalah.

Bila Operator Sekolah resign tiba-tiba, tanpa pemberitahuan yang kalang kabut ya sekolah juga. Karena ilmu operator dapodik tidak bisa di dapat instant, tapi diperoleh secara otodidak dan pengalaman dari pemecahan masalah sesama operator dapodik.

Solusi terbaik adalah membangun komunikasi dan bisa saling menghargai sebuah pekerjaan. Mungkin di mata orang lain pekerjaan yang di jalani terlihat remeh temeh, dan di pandang sebelah mata. 

Tapi penghargaan dan menghormati pekerjaan dan jerih payah seorang operator, dan mencoba memahami sulitnya pekerjaan tersebut, dan menganggap semua orang bernilai sesuai tupoksinya. 

Dan harus mempunyai keahlian dan kompetensi di bidang IT, yang mungkin tidak pernah di ajarkan di sekolah. Tapi di kuasai berdasarkan pengalaman.

Bisa membuat operator sekolah terhindar dari Quiet Quitting, yang menghinggapi siapapun dalam bekerja. Perasaan nyaman, merasa di hargai, menjadi kunci suksesnya sebuah pekerjaan. 

Motivasi yang baik, dan pemberian reward dari pimpinan juga menjadi nilai tambah plus, terhindarnya pimpinan berprilaku Quite Firing pada Operator Sekolah (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun