Mohon tunggu...
Riduannor
Riduannor Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Citizen Journalism

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Minyak Tanah, Gas LPG 3 Kg, dan Wacana Kompor Listrik

18 September 2022   16:54 Diperbarui: 18 September 2022   19:35 1805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat kenaikan BBM pertalite dan solar kemarin, minyak tanah menghilang. Para ibu yang masih menggunakan kompor minyak tanah di buat kalang kabut. 

Bulek sosis yang biasa berjualan di kantin sekolah, berkeliling Samarinda mencari minyak tanah. Semua warung yang biasa menjual, dan pangkalan yang biasa menjual juga kosong. 

Pangkalan pengecer minyak tanah non subsidi yang masih ada (Dokumen pribadi)
Pangkalan pengecer minyak tanah non subsidi yang masih ada (Dokumen pribadi)

Apakah minyak tanah akan hilang selamanya?

Dari penjelasan seorang pengecer minyak tanah, yang menjual di warungnya mengatakan dari pangkalan juga masih menunggu kiriman dari agen minyak tanah.

Ternyata, minyak tanah walaupun harganya lumayan mahal, mengalahkan harga seliter pertalite, tetap saja diburu dan dicari. 

Bayang-bayang ketakutan, bila bocor tabung gas yang digunakan, membuat beberapa orang penjual makanan tetap menggunakan minyak tanah.

Memang banyak kejadian, kelalaian memeriksa penggunaan tabung gas, dalam hitungan detik bisa meledak bila ada kebocoran. Berbeda dengan minyak tanah yang tergolong aman.

Tabung Gas dikonversi lagi ke Kompor Induksi?

Wacana tabung gas melon 3 kg digantikan kompor listrik atau induksi mulai bergulir. 

Dikutip dari Plt. Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Dadan Kusdiana, uji coba penggunaan kompor listrik akan dilakukan uji coba di tiga kota. 

Bila konversi selesai peralihan seperti halnya minyak tanah yang tetap ada, begitu pula dengan tabung gas melon 3 kg tetap ada, hanya saja harganya menjadi mahal, karena sudah kehilangan subsidi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun