Untuk mendapatkan bantuan program Prakerja juga tidak pernah didapatkan sampai sekarang. Sopian meminta bantuan orang lain, untuk mengakses pendaftaran Prakerja, cuman sampai saat ini tidak ada kabarnya.
Penghasilannya, dari bongkar muat barang berupa kernel sawit, pupuk, dan semen, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari juga tidak mencukupi.Â
Sekali bongkar muat barang, dia mendapatkan upah jasa, sebesar Rp.10.000. Â Dan uang sebesar itu hanyalah cukup diberikan beras perkilo dengan kualitas yang rendah.Â
Sopian mengatakan bila dia mendapatkan upah sebesar Rp.10.000-50.000,- perhari, bekerja dari pagi sampai malam, paginya uang diberikan kepada isterinya untuk belanja beli beras perkilogram, sayur, dan ikan sudah habis.
Dan terkadang sepi, tidak ada truk yang bongkar dipelabuhan, karena beberapa hari terakhir antrean truk mengular di SPBU untuk mendapatkan solar, menjelang kenaikan BBM bersubsidi dan non subsidi.
Dari penuturan Sopian, penulis mencoba melihat KTP yang bersangkutan berstatus pekerjaan sebagai tukang listrik. Kesehariannya, memang selain sebagai buruh lepas serabutan, juga menerima pemasangan instalasi listrik, bagi rumah baru.Â
Namun, tidak selalu mendapatkan order pemasangan instalasi listrik. Dari segi tempat tinggal, Sopian numpang dibagian dapur rumah orang tua yang disekat. Dia tinggal bersama 2 anak dan isterinya, serta menantu yang juga tinggal disana, berdesakan dengan ukuran ruang rumah yang sempit.
Penulis menyarankan, agar Sopian merubah status pekerjaan di KTP-nya sebagai orang yang tidak mempunyai penghasilan tetap berupa gaji.Â
Mungkin status pekerjaanya yang tercantum di KTP sebagai tukang listrik dikira karyawan PLN, yang mempunyai gaji tetap, sehingga dianggap tidak berhak mendapatkan bantalan sosial. Walaupun dari segi katagori memenuhi syarat mendapatkan bantalan sosial, yang diberikan pemerintah imbas kenaikan harga BBM.
Potret seperti Sopian juga dialami beberapa buruh lepas yang bekerja sama dipelabuhan. Sayang sekali bantalan sosial yang diberikan pemerintah, tidak bisa dinikmati oleh buruh lepas seperti sopian dan kawan-kawannya.
Setiap ada kenaikan harga-harga, efek domino kenaikan BBM membuatnya  tidak berdaya. Sopian hanya berusaha mendapatkan upah dari bongkar muat, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.