Mohon tunggu...
Riduannor
Riduannor Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Citizen Journalism

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Menyelami Aku, dan Chairil Anwar, Ingin Hidup Seribu Tahun Lagi

31 Juli 2022   12:15 Diperbarui: 31 Juli 2022   12:18 880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret Chairil Anwar | id.m.wikipedia.org

Perkenalan pertamaku dengan Chairil Anwar adalah ketika aku masuk di kelas 1 SMP. Seorang guru Bahasa Indonesia, memperkenalkannya di acara orientasi siswa (MOS) ditahun 1988. MOS merupakan kegiatan perkenalan siswa baru dengan lingkungan sekolah, kakak kelas, yang diisi dengan berbagai acara, dibawah bimbingan seorang guru pembina Organisasi Intra Sekolah (OSIS).

Beliau, sangat piawai, di dalam membaca puisi, namanya Pak ali Akbar, BA. Semua peserta MOS, seakan terhipnotis, ketika beliau membacakan, puisi karya-karya Chairil Anwar. Bahkan puisi "Aku" seolah jadi favorit para guru, dan panitia MOS. 

Kegiatan MOS, yang dilaksanakan selama satu minggu, menjadi edukasi bagi siswa baru, dibawah bimbingan dan arahan Pak ali, begitu panggilan beliau.

Pak Ali akbar, mempunyai gaya rambut, celana yang dibawahnya besar, model celana A. Rafig, penyanyi dangdut era 70-an, bahkan sesekali kadang  beliau juga merokok. Kami, seolah mengganggap,  beliaulah chairil Anwar  yang hidup kembali.  Sebagai Guru Bahasa Indonesia dan Sastra, beliau menjadi guru pavorit di semua kelas. 

Disela kesibukannya, beliau juga mengajarkan seni drama, yang hasil latihannya,biasa ditampilkan pada acara pementasan kegiatan sekolah. Seperti acara perpisahan, perayaan hari besar agama, dan juga di saat MOS. 

Siapa Chairil Anwar?

Aku, mengenal Chairil Anwar, awalnya hanyalah salah satu penyair terkenal Indonesia, diantara sekian penyair seangkatan dengan beliau. Namun, makin kesini, aku mengenal beliau sebagai seorang sastrawan modern, yang dijuluki pelopor Angkatan 45.

Karena karyanya yang berjudul Aku, "Si binatang jalang", Chairil Anwar dianggap sebagai pelopor Sastrawan Angkatan 45, dan berjasa terhadap puisi-puisi Indonesia. Ia yang pertama kali memperkenalkan, dan menciptakan trend baru, pemakaian kata dalam puisi yang terkesan sangat lugas, solid dan kuat.

Chairil Anwar, merupakan sosok pemuda, yang dilahirkan di Medan, Sumatera Utara, pada tanggal 22 Juli 1922. Lahir dari pasangan Teoloes bin Haji Manan dan Saleha, biasa di panggil Mak Leha. Ayahnya seorang mantan bupati kabupaten Indragiri riau.

Ayah dan anak ini, meninggal pada tahun yang bersamaan. Ayahnya, Toeloes ditembak Belanda saat aksi polisionil Belanda (Agresi Mileter) pada tanggal 5 Januari 1949 di Rangat. Berselang tiga bulan berikutnya, Chairil Anwar menyusul Ayahnya, bertepatan dengan tanggal 28 April 1949, karena sakit di Jakarta.

Chairil Anwar, merupakan keponakan Sutan Sjahrir. Karenanya, Chairil Anwar, mengenal berbagai sastra dunia, saat tinggal dirumah pamannya tersebut. Dan banyak membaca buku di perpustakaan pribadi Sjahrir. 

Diperpustakaan tersebut, ia membaca koleksi buku sastra belanda dan penyair eropa, seperti Archibald Macleish, H. Marsman, J. Slaverhoff, dan Edgar du Perron.

Dari Sjahrir, secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi Chairil dalam aktivitas politik, filsafat, dan kebangsaan.

Ihwal chairil Anwar, dan jalan kemerdekaan 

Chairil anwar, pernah berjualan barang bekas, dengan modal yang didapatkan dari sjahrir. Dan, salah satu barang bekas yang dibelinya adalah sebuah radio. Kemudian, radio bekas tersebut, digunakan Sjahrir, memantau siaran BBC London atau Voice of America (VOA). 

Walaupun Radio, merupakan barang terlarang di jaman pendudukan jepang, Sjahrir menyembunyikannya di dalam lemari, dikamar tidurnya.

Pada 10 Agustus 1945, dari radio bekas yang diberikan Chairil, Sjahrir mendapatkan berita penting, di bomnya Nagasaki, dan ultimatum dari sekutu yang menyatakan jepang segera menyerah.

Kemudian, sjahrir, memberikan arahan kepada Chairil, untuk memberikan informasi dari sjahrir, yang ia dapatkan kepada para pemuda, dan pergerakan lainnya. 

Dalam buku Soebadio Sastrosatomo (1995), chairil Anwar datang ke Komite Bahasa Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur No.23 pukul 10.00 WIB. Ia, menemui Soebadio dan menyampaikan pesan Sjahrir. 

Soebadio, meneruskan pesan Sjahrir kepada para pemuda, dan berujung peristiwa Rangasdengklok, dan Proklamasi kemerdekaamn 17 Agustus 1945.

Dari sini, dapat disimpulkan ihwal Chairil Anwar, bukan hanya seorang penyair, tetapi juga seorang pejuang yang membuka jalan kemerdekaan. 

Karya Chairil Anwar, yang tak lekang oleh waktu

fb-img-1659238067137-62e60450a51c6f4cd5492892.jpg
fb-img-1659238067137-62e60450a51c6f4cd5492892.jpg
Karya Puisi "Aku", Chairil anwar | Dokumen pribadi

Benarlah, Chairil Anwar dalam puisinya "Aku", membuatnya hidup seribu tahun, dalam tulisan dan puisi-puisinya yang tidak pernah mati sampai saat ini. Saat ini, kalau chairil hidup, usianya sudah menginjak 100 tahun. 

Sosoknya yang fenomenal, selain seorang penyair, juga merupakan penterjemah karya-karya asing ke dalam bahasa Indonesia, menjadi penyiar radio, menjadi redaktur Gema Suasana, redaktur Rubrik Kebudayaan siasat "Gelanggang",dan juga pendiri "Gelanggang Seniman Merdeka".

Chairil Anwar, menjadi inspirasi dan apresiasi pada upaya manusia (khususnya bangsa Indonesia) dalam meraih kemerdekaan dan melepaskan diri dari tangan penjajah. 

Sisi lain Chairil Anwar, dan Cintanya

Dari Puisinya, berjudul " Taman", tidak usah diragukan lagi, Chairil Anwar seorang yang romantis, bahkan puisinya bisa dikatakan romantis (kelewat) manis. 

Aku baru tahu, di balik tulisan Chairil yang penuh semangat menggelora, ia tidak malu menunjukkan kerentanannya karena dikoyak-koyak oleh cinta. Bahkan, bisa dikatakan, kisah cinta Chairil nyatanya tidak mulus-mulus amat.

Ia, pernah merasakan cinta tak terbalas, cinta terlambat, ragu, apakah orang yang di sukainya juga mencintainya balik. Bahkan cintanya sempat kandas beberapa kali karena terhalang restu orangtua kekasihnya.

Puisi, "Entahlah", kalau puisi itu ditulis pada masa sekarang, bukan Chairil Anwar yang meramunya, mungkin terkesan  menye-menye. Namun, karena kita sudah familiar dengan sosoknya, rasa dan nerginya menjadi beda. 

Bahasa cinta, yang dituliskannya dalam sajak-sajaknya, juga menggunakan bahasa idiom dan simbol dari kebudayaan melayu. Bahkan, disebutkan pula dirinya punya "Bahasa rahasia", bahasa yang hanya dimengerti olehnya. 

Ingin rasanya, membaca buku puisi chairil Anwar berkali-kali,  Dengan begini, menghidupkannya seribu tahun lagi. Dan di hari spesial beliau, izinkan kusampaikan ...

Potret Chairil Anwar | id.m.wikipedia.org
Potret Chairil Anwar | id.m.wikipedia.org

" Bung, Selamat ulang Tahun!,". 

Samarinda | Kalimantan Timur, 31 Juli 2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun