Perkenalan pertamaku dengan Chairil Anwar adalah ketika aku masuk di kelas 1 SMP. Seorang guru Bahasa Indonesia, memperkenalkannya di acara orientasi siswa (MOS) ditahun 1988. MOS merupakan kegiatan perkenalan siswa baru dengan lingkungan sekolah, kakak kelas, yang diisi dengan berbagai acara, dibawah bimbingan seorang guru pembina Organisasi Intra Sekolah (OSIS).
Beliau, sangat piawai, di dalam membaca puisi, namanya Pak ali Akbar, BA. Semua peserta MOS, seakan terhipnotis, ketika beliau membacakan, puisi karya-karya Chairil Anwar. Bahkan puisi "Aku" seolah jadi favorit para guru, dan panitia MOS.Â
Kegiatan MOS, yang dilaksanakan selama satu minggu, menjadi edukasi bagi siswa baru, dibawah bimbingan dan arahan Pak ali, begitu panggilan beliau.
Pak Ali akbar, mempunyai gaya rambut, celana yang dibawahnya besar, model celana A. Rafig, penyanyi dangdut era 70-an, bahkan sesekali kadang  beliau juga merokok. Kami, seolah mengganggap,  beliaulah chairil Anwar  yang hidup kembali.  Sebagai Guru Bahasa Indonesia dan Sastra, beliau menjadi guru pavorit di semua kelas.Â
Disela kesibukannya, beliau juga mengajarkan seni drama, yang hasil latihannya,biasa ditampilkan pada acara pementasan kegiatan sekolah. Seperti acara perpisahan, perayaan hari besar agama, dan juga di saat MOS.Â
Siapa Chairil Anwar?
Aku, mengenal Chairil Anwar, awalnya hanyalah salah satu penyair terkenal Indonesia, diantara sekian penyair seangkatan dengan beliau. Namun, makin kesini, aku mengenal beliau sebagai seorang sastrawan modern, yang dijuluki pelopor Angkatan 45.
Karena karyanya yang berjudul Aku, "Si binatang jalang", Chairil Anwar dianggap sebagai pelopor Sastrawan Angkatan 45, dan berjasa terhadap puisi-puisi Indonesia. Ia yang pertama kali memperkenalkan, dan menciptakan trend baru, pemakaian kata dalam puisi yang terkesan sangat lugas, solid dan kuat.
Chairil Anwar, merupakan sosok pemuda, yang dilahirkan di Medan, Sumatera Utara, pada tanggal 22 Juli 1922. Lahir dari pasangan Teoloes bin Haji Manan dan Saleha, biasa di panggil Mak Leha. Ayahnya seorang mantan bupati kabupaten Indragiri riau.
Ayah dan anak ini, meninggal pada tahun yang bersamaan. Ayahnya, Toeloes ditembak Belanda saat aksi polisionil Belanda (Agresi Mileter) pada tanggal 5 Januari 1949 di Rangat. Berselang tiga bulan berikutnya, Chairil Anwar menyusul Ayahnya, bertepatan dengan tanggal 28 April 1949, karena sakit di Jakarta.
Chairil Anwar, merupakan keponakan Sutan Sjahrir. Karenanya, Chairil Anwar, mengenal berbagai sastra dunia, saat tinggal dirumah pamannya tersebut. Dan banyak membaca buku di perpustakaan pribadi Sjahrir.Â
Diperpustakaan tersebut, ia membaca koleksi buku sastra belanda dan penyair eropa, seperti Archibald Macleish, H. Marsman, J. Slaverhoff, dan Edgar du Perron.