Mohon tunggu...
Riduannor
Riduannor Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Citizen Journalism

Selanjutnya

Tutup

Money

Mengapa Buku Dihargai Murah

23 Mei 2022   17:43 Diperbarui: 23 Mei 2022   20:05 745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Promo buku murah (Dokpri)

Ketika saya berjalan-jalan di sebuah Mall, ada sebuah caption "Buku murah Rp.10,000 dapat 3,". Kok bisa sebuah buku yang ditulis, dan merupakan buah pikiran penulis dihargai semurah itu. Sepuluh ribu tiga lagi. 

Saya berpikir, proses membuat sebuah buku yang di tulis oleh pangarang buku novel, buku sejarah, buku pelajaran, dan lainnya memerlukan waktu yang panjang. Dan juga melalui editor buku, layak atau tidaknya sebuah buku diterbitkan. 

Kalau sebuah buku, dengan harga yang sangat murah seperti itu, apa yang didapat oleh penulis?, apa yang didapat oleh penerbit?.  Apa harus seanjlok itu harga buku. Layaknya pasar saham, bithcoin yang melanda luna, yang harganya jatuh serendah-rendahnya. Kalau begini harga buku, siapa lagi yang mau jadi penulis, dan menerbitkan hasil karyanya.

Memang, saat ini hampir semua lini yang berbentuk cetak, melesu. Baik itu surat kabar yang terbit setiap hari, tabloid yang mingguan, atau bulanan semua terkena imbasnya. Masipnya perkembangan media online, buku bacaan berbasis elektronik menggantikan media cetak saat ini.

Rasa penasaran saya untuk singgah di stand buku murah tersebut. Saya memperhatikan deretan buku-buku yang dijual. Dari buku yang dijual buku kenabyakan novel terjemahan dari bahasa asing. Buku soal-soal dari berbagai jenjang, yang sudah kurikulumnya berganti. 

Sementara diantara deretan buku tersebut, ada buku yang diberi plastik, dan berlebel dua puluh ribu, tiga puluh lima ribu, bahkan lima puluh ribu perbukunya.

"Aahh, ternyata saya kena prank," gumam saya di dalam hati. Rupanya ini siasat dagang penjual, untuk menarik pengunjung mall untuk mampir, dan membeli buku yang dipajang, dimeja panjang dan etalase rak buku. Rupanya siasat penjual durian lima ribu perbiji, ternyata yang lima ribu adalah durian yang kecil. Sementara durian yang besar di jual lima puluh ribu perbiji, bahkan durian buaya dan mentega diharga seratus ribu.

Atau trik penjual buah rambutan dan langsat, yang membuat caption tulisan besar " 3 kilo Rp.10.000,-,". Dan setelah ditanya, ternyata yang 3 kg itu buah yang mau membusuk.

Ternyata siasat dagang penjual buah, sudah masuk Mall. Saya jadi lega, asumsi saya tentang penghargaan terhadap penulis dan penerbit buku, yang sangat rendah dari nilai jual, adalah buku-buku lama yang mungkin dianggap sudah kadaluarsa oleh penjual. Walaupun buku tidak ada kadaluarsanya, yang tepat adalah sudah tidak ada peminatnya.

Tapi ada baiknya juga buku lama dijual murah, bisa dibeli buat koleksi. ataupun di sumbangkan ke perpustakaan yang memerlukan. Tapi jangan salah, buku-buku komik jaman dulu (jadul) tahun 1980 an, bahkan sampai tahun 1990-an yang harganya cuman seratus rupiah, atau paling tinggi sepuluh ribu. Sekarang dijual di jual beli online, sampai harga satu juta, bahkan lima juta rupiah untuk satu buku komik.

Bisa jadi, buku-buku yang dijual sepuluh ribu tiga saat ini, nantinya menjadi satu juta, bahkan bernilai puluhan juta beberapa tahun yang akan datang. Karena buku bisa bernilai sejarah, dan menjadi barang antik bagi pengkoleksinya. Harga buku pun bisa bernilai tinggi setelah sekian tahun kedepan. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun