Buku merupakan sumber dari segala ilmu pengetahuan. Hari buku yang jatuh pada hari ini, tanggal 17 mei 2022, merupakan momen menjadikan diri kita sendiri, keluarga, orang lain, sebuah Komunitas, dikantor, sekolah, dan lain sebagainya menjadikan diri pembaca dan mencintai perpustakaan sebagai harta karun ilmu pengetahuan.
Apa itu diri pembaca?
penulis, memaknai hari buku nasional dengan menjadikan diri pembaca. Pembaca yang dimaksudkan mempunyai beberapa pengertian. Dalam kamus KBBI pembaca adalah orang yang membaca atau orang yang gemar dan berbakat membacakan.Â
Dalam pemahaman dan konstruktif berpikir penulis, diri pembaca adalah sebuah kekuatan yang diberikan oleh penulis dalam tulisannya. Dengan diri pembaca, literasi kita menjadi lebih baik, dan bisa mengambil segala pelajaran, pengetahuan yang terdapat di dalam sebuah tulisan.
Menjadi diri pembaca, tidak lepas dengan perpustakaan sebagai wadah kita menggali berbagai ilmu pengetahuan. Semua tersedia, dan tersimpan di perpustakaan dapat kita eksplorasi untuk menambah wawasan pengetahuan, kemampuan literasi.
Pertama kali hari buku nasional dicetuskan oleh Abdul Malik  sebagFadjarai Menteri Pendidikan di era Kabinet Gotong-royong (2001-2004). Dan momen ini bertepatan juga dengan berdirinya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, yaitu tanggal 17 Mei 1980. Selama dua dekade, pada awalnya semangat Hari buku Nasional (Harbuknas) untuk meningkatkan minat baca masyarakat dan menaikkan penjualan baca.Â
Saat itu rata-rata buku dicetak 18 ribu judul buku pertahun. Jumlah ini sangat rendah, dibandingkan dengan negara Asia lainnya, seperti Cina dan jepang yang mencapai 40-140 ribu judul buku pertahunnya.
Memang secara literasi, budaya membaca masyarakat Indonesia masih rendah dan berada diperingkat 60, satu level dibawah Tailand yang berada diperingkat 59. Ketika penulis, mengunjungi perpustakaan Nasional yang terletak di Jl. Juanda Kota Samarinda, terlihat pengunjung di dominasi oleh mahasiswa, yang sedang mengerjakan tugas perkuliahan. Â Pengunjung yang datang dihari buku nasional, tidaklah terlalu banyak. Sekitar 10-20 orang dalam satu ruangan perpustakaan.Â
Kunjungan perpustakaan di hari buku nasional masih terlihat sepi. Dari layar monitor yang tersedia disetiap ruang perpustakaan untuk pencarian buku, terlihat statistik pengunjung sampai penulis berada disana mencapai 49 kunjungan. Menurut petugas layanan perpustakaan, yang melayani penitipan barang, kurangnya pengunjung disebabkan hari libur lebaran, dan berlanjut dengan hari besar keagamaan.Â
Dan hari ini, baru berjalan normal kegiatan di perpustakaan daerah dan kearsipan daerah.
Menjadikan diri pembaca, dan mencintai perpustakaan sebagai bagian dari meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia dan literasi yang masih rendah sangatlah penting. Menanamkan budaya membaca kepada anak-anak, sebagai generasi bangsa juga tak kalah pentingnya. Anak merupakan generasi penerus bangsa dimasa depan.Â
Upaya untuk meningkatkan kemampuan anak menjadi diri pembaca dalam meningkatkan literasi, kecintaan membaca buku, dan perpustakaan sebagai berikut :
Mengenalkan buku sejak Balita
Membiasakan minat baca anak tidak instant. Sedini mungkin memperkenalkan buku kepada anak, Â anak lebih cendrung senang melihat buku cerita bergambar. Dari segi perkembangan otak, anak yang senang membaca sejak kecil juga lebih aktif. Memiliki perbendaharaan bahasa dan tentu saja lebih cepat bisa membaca, dibandingkan anak yang seusia tidak terbiasa mengenal buku sejak kecil.
Membiasakan membacakan dongeng pada anak
Orangtua zaman dulu waktu kecil, baik bapak, ibu, atau nenek sering membacakan dongeng sebelum tidur. Ketika penulis waktu kecil, saat berkunjung kerumah nenek dan berkumpul dengan keponakan lainnya yang seumuran sering dibacakan dongeng oleh nenek. dan kebiasaan ini seolah menjadi budaya bagi anak-anak yang terlahir di tahun 1970-1980 an.Â
Memberikan hadiah kepada anak berupa buku
Kebiasaan didalam keluarga, memberikan hadiah berupa buku kepada anak memang harus dari sejak dini. karena umumnya, ketika membentuk anak agar mencintai buku, sehingga minat bacanya muncul sedikit susah ketimbang membiasakan sejak balita.Â
Sebagai orangtua kita harus kreatif, misalnya anak menyenangi sebuah mainan mobil, pesawat, dan lainnya. Orang tua bisa membelikan buku cerita bergambar mainan yang disukai anak seperti mainan mobil, pesawat, robot, dan sebagainya.
Membiasakan mengunjungi perpustakaan
Secara psikologi dan memori yang tertanam dipikiran anak saat kecil sangat kuat. Membiasakan anak untuk mengunjungi perpustakaan, dan mengajaknya memilih beberapa buku, ataupun menonton video yang disediakan di ruang membaca anak diperpustakaan.Â
Akan menciptakan ingatan yang kuat didalam dirinya, bahwa perpustakaan adalah tempat yang nyaman, dan penuh dengan buku, dan berbagai pengetahuan yang didapatkan di dalamnya.
Didalam perpustakaan saat ini sudah berbeda, selain hanya tempat membaca, bagi anak juga bisa menjadi tempat hiburan. Memutar flm 2D yang tersedia diruang perpustakaan bagian bawah atau lantai pertama, yang memang di desain buat balita.Â
Sehingga anak betah berlama-lama disana, layaknya ruang bermain. Bisa duduk disebuah meja besar, ataupun duduk dilantai, dan berbaring ketika anak lelah melihat-lihat buku.Â
Di hari buku nasional, semoga kita menjadi bagian dari diri pembaca, dan mencintai perpustakaan. Dan dapat menularkannya kepada anak-anak sebagai generasi bangsa di masa depan.Â
Tidak ada kata terlambat sebenarnya, membentuk anak dan diri pembaca kepada semua umur dan diri kita sendiri.
Membaca adalah jendela dunia,Â
Menerangi dan memberikan kesejukanÂ
Diri dan orang lain...
Selamat Hari Buku Nasional, 17 mei 2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H