Memang secara literasi, budaya membaca masyarakat Indonesia masih rendah dan berada diperingkat 60, satu level dibawah Tailand yang berada diperingkat 59. Ketika penulis, mengunjungi perpustakaan Nasional yang terletak di Jl. Juanda Kota Samarinda, terlihat pengunjung di dominasi oleh mahasiswa, yang sedang mengerjakan tugas perkuliahan. Â Pengunjung yang datang dihari buku nasional, tidaklah terlalu banyak. Sekitar 10-20 orang dalam satu ruangan perpustakaan.Â
Kunjungan perpustakaan di hari buku nasional masih terlihat sepi. Dari layar monitor yang tersedia disetiap ruang perpustakaan untuk pencarian buku, terlihat statistik pengunjung sampai penulis berada disana mencapai 49 kunjungan. Menurut petugas layanan perpustakaan, yang melayani penitipan barang, kurangnya pengunjung disebabkan hari libur lebaran, dan berlanjut dengan hari besar keagamaan.Â
Dan hari ini, baru berjalan normal kegiatan di perpustakaan daerah dan kearsipan daerah.
Menjadikan diri pembaca, dan mencintai perpustakaan sebagai bagian dari meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia dan literasi yang masih rendah sangatlah penting. Menanamkan budaya membaca kepada anak-anak, sebagai generasi bangsa juga tak kalah pentingnya. Anak merupakan generasi penerus bangsa dimasa depan.Â
Upaya untuk meningkatkan kemampuan anak menjadi diri pembaca dalam meningkatkan literasi, kecintaan membaca buku, dan perpustakaan sebagai berikut :
Mengenalkan buku sejak Balita
Membiasakan minat baca anak tidak instant. Sedini mungkin memperkenalkan buku kepada anak, Â anak lebih cendrung senang melihat buku cerita bergambar. Dari segi perkembangan otak, anak yang senang membaca sejak kecil juga lebih aktif. Memiliki perbendaharaan bahasa dan tentu saja lebih cepat bisa membaca, dibandingkan anak yang seusia tidak terbiasa mengenal buku sejak kecil.
Membiasakan membacakan dongeng pada anak
Orangtua zaman dulu waktu kecil, baik bapak, ibu, atau nenek sering membacakan dongeng sebelum tidur. Ketika penulis waktu kecil, saat berkunjung kerumah nenek dan berkumpul dengan keponakan lainnya yang seumuran sering dibacakan dongeng oleh nenek. dan kebiasaan ini seolah menjadi budaya bagi anak-anak yang terlahir di tahun 1970-1980 an.Â