Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
ke.cer.das.an
n perihal cerdas; intelegensi
n kesempurnaan perkembangan akal budi (seperti kepandaian, ketajaman pikiran):perpustakaan didirikan untuk meningkatkan ~ masyarakat
Gabungan Kata
Kecerdasan buatan; kecerdasan emosional; kecerdasan intelektual; kecerdasan spiritual
Dalam mengartikan kecerdasan, para ahli mempunyai pengertian yang beragam. Kecerdasan atau intelegensi dapat dipandang sebagai kemampuan memahami dunia, berpikir rasional, dan menggunakan sumber-sumber secara efektif pada saat dihadapkan dengan tantangan.
Ada juga yang berpendapat bahwa pengertian kecerdasan adalah kemampuan general manusia untuk melakukan tindakan-tindakan yang mempunyai tujuan dan berpikir dengan cara rasional.
Selain itu, kecerdasan dapat juga diartikan sebagai kemampuan pribadi untuk memahami, melakukan inovasi, dan memberikan solusi terhadap dalam berbagai situasi. Sumber
Manusia adalah makhluk yang diciptakan Tuhan yang paling unggul sebab diberikan kecerdasan yang merupakan anugerah sekaligus menjadi kelebihan dibandingkan makhluk Tuhan lainnya.
Dengan kecerdasannya, manusia dapat terus menerus mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya yang semakin kompleks, melalui proses berfikir dan belajar serta aktualisasi diri (mewujudkan kualitas diri melalui perbuatan yang baik dan benar) secara terus menerus.
Sebenarnya para ahli pun tampaknya masih mengalami kesulitan untuk mencari rumusan yang komprehensif tentang kecerdasan. Dalam rentang waktu dan sejarah panjang, mereka kini merumuskan secara umum kecerdasan menjadi tiga macam, IQ, EQ, dan SQ.
Mengapa para ahli membagi kecerdasan menjadi tiga macam?
Pada perkembangan sebelumnya manusia pernah sangat mengagungkan kemampuan otak dan daya nalar (IQ). Kemampuan berfikir dianggap sebagai primadona, sementara potensi diri yang lain dimarginalkan (dikesampingkan).
Pola pikir dan cara pandang yang demikian telah melahirkan manusia terdidik dengan otak yang cerdas tetapi sikap, perilaku dan pola hidup sangat kontras dan kemampuan intelektualnya. Banyak orang yang cerdas secara akademik, tetapi gagal dalam pekerjaan dan kehidupan sosialnya.
Fenomena tersebut telah menyadarkan para pakar, bahwa kesuksesan seseorang tidak hanya ditentukan oleh kemampuan otak dan daya pikir semata, ada yang salah dalam pola pembangunan sumber daya manusia (SDM) selama ini, yakni terlalu mengedepankan IQ, dengan mengabaikan EQ dan SQ.
Dokumen Penulis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H