Mohon tunggu...
Yos Mondo
Yos Mondo Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Epidemiolog

Sabar, Penyayang dan Berempati

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memasyarakatkan Kesehatan Reproduksi Remaja

11 September 2013   14:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:02 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasa gelisah dan galau kita temukan pada anak remaja. Gelisah akan perubahan fisik akibat faktor bioligis dan galau akibat kenyataan bertentangan dengan harapan. Dalam konteks ini, gelisah dan galau sebenarnya tidak akan terjadi jika remaja memiliki pengetahuan yang memadai tentang tahapan perkembangan organ reproduksi yang secara biologisakibat rangsangan hormonal.

Perkembangan organ reproduksi, memicu remaja memiliki dorongan seksual. Mulai muncul rasa ketertarikan terhadap lawan jenis. Remaja mengakses informasi sendiri dari internet yang belum tentu bertanggungjawab. Mengakses video dan gambar yang berbau pornografi. Mencari informasi dari teman yang belum tentu terpercaya. Hal ini diperburuk lagi dengan persepsi masyarakat yang menganggap tabu berbicara tentang seksualitas, sehingga remaja secara diam-diam mengakses informasi kesehatan reproduksi yang belum tentu bertanggungjawab, namun ironisnya pergaulan bebas menjadi trend di kalangan remaja.

Berdasarkan laporan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2012, sebanyak 4,8 persen dari wanita dan 9,1 persen dari pria (20-24 tahun), menyatakan bahwa mereka menyetujui pria yang melakukan hubungan seksual pranikah serta sebanyak 1,6 persen dari wanita dan 2,2 persen dari pria menyatakan bahwa mereka menyetujui wanita melakukan hubungan seksual pranikah.

Harian Pos Kupang edisi 28 Agustus 2013 menghebohkan masyarakat Nusa Tenggara Timur khususnya para remaja dengan salah satu topik berita “Dus Supermie Berisi Mayat Bayi”, edisi 1 September 2013 dengan topik berita “Duh ! Mayat Bayi Tidak Utuh Karena Dimakan Anjing” dan edisi 2 September 2013 dengan topik berita “Astaga! Video Mesum Pasutri Jadi Layar Tancap” membuktikan bahwa banyak permasalahan kesehatan reproduksi yang terjadi di masyarakat luas.

Oleh karena itu, informasi kesehatan reproduksi harus menjadi konsumsi publik khususnya remaja dari sumber terpercaya dengan tujuan memberikan informasi akurat tentang tahapan perkembangan fisik dan fungsi organ reproduksi, serta akibat yang ditimbulkan dari aktivitas seksual. Ketika memperoleh informasi akurat, remaja akan lebih transparan dan akuntabilitas terhadap tindakan yang dilakukan. Remaja akan mampu mengendalikan dirinya dari hal-hal negatif berkat dukungan sosial baik dari teman sebaya, orang tua dan masyarakat secara umum.

Tak ada kata terlambat, jika kita memulainya. Tinggalkan rasa tabu berbicara seksualitas. Mulai dari keluarga, sekolah dan sanak saudara, kita saling berbagi informasi tentang kesehatan reproduksi remaja. Tak seorangpun yang tidak akan mengalami masa remaja dan tak seorangpun yang tidak memiliki rangsangan seksual walaupun kadarnya berbeda setiap orang. Butuh komitmen dari masyarakat untuk mengeliminasi permalasahan kesehatan reproduksi di flobamora ini. Keluarga harus menjadi wadah dasar yang memberikan teladan dan etika baik terhadappara remaja. Orang tua harus terus melakukan pengawasan dan pendampingan terhadap kehidupan anak remaja. Jangan pernah jenuh melakukan penyuluhan kesehatan reproduksi untuk meningkatkan pengetahuan para remaja masa kini. Perlu kita dorong bersama agar “Kesehatan Reproduksi Remaja” menjadi mata pelajaran di tingkat SLTP sampai Perguruan Tinggi. Pemerintah perlu menerbitkan regulasi yang mengikat komponen masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas yang berpotensi menimbulkan masalah kesehatan reproduksi. Sebagai contoh memberikan sanksi bagi penyedia layanan internet yang tidak memblokir situs pornografi. Akhirnya semoga para remaja masa kini melakukan aktivitas kesehariannya yang bertanggungjawab demi kebaikan dirinya sendiri, keluarga, dan bangsa tercinta ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun