Mohon tunggu...
Blogger Kompasiana Reenactor
Blogger Kompasiana Reenactor Mohon Tunggu... Administrasi - Akun Official BKR - Blogger Kompasiana Reenactor

Akun Official BKR - Blogger Kompasiana Reenactor

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Liputan Kegiatan Reenactor Ngalam Februari-Maret 2019

18 Maret 2019   12:53 Diperbarui: 18 Maret 2019   13:07 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokpri-Reenactor Ngalam dalam event Peringatan serangan Umum 2019

4.   Budanco : Demi menjaga stabilitas organisasi, dibentuklah kelompok paling kecil dalam sebuah organisasi besar. Budanco boleh mengendalikan suatu regu dengan syarat ia pernah duduk di bangku sekolah dasar. Keberadaannya akan memudahkan pengorganisasian dan proses koordinasi.

5.   Giyuhei : Anggota PETA yang belum pernah sekolah boleh saja bergabung. Namun mereka harus rela diberi tugas apa saja karena bergabungnya dia hanya diakui sebagai prajurit sukarela yang berada di hirarki paling bawah struktur organisasi PETA.

Pembubaran PETA

Karena para pemimpin dan anggota PETA memang sejak awal berusaha memperalat organisasi ini agar memerdekakan Hindia Belanda, timbullah beberapa kejadian yang di luar dugaan. Salah satu kejadian yang sangat terkenal dalam sejarah kemerdekaan Indonesia ialah peristiwa pemberontakan PETA di Blitar yang dipimpin oleh Soepriyadi.

Pemberontakan PETA terjadi sebelum Indonesia Merdeka, beda dengan penyebab perlawanan 10 November, penyebab pertempuran Bandung lautan api atau peristiwa Medan Area. Tepatnya, Soepriyadi mengerahkan tentara PETAnya di tanggal 14 Februari 1945 untuk melakukan pemberontakan pada pemerintah Jepang.

Yang Merupakan misteri sejarah adalah hilangnya Soepriyadi ketika tentaranya tertangkap. Hanya Muradi, koordinator lapangan pemberontakan PETA sajalah yang sampai titik darah penghabisan mengawal tentaranya ke tiang hukuman. Para pemberontak disiksa habis-habisan oleh Kempetai (Polisi Jepang) sembari menunggu pemenggalannya di daerah Ancol, Jakarta pada tanggal 16 Mei 1945.

Pembubaran PETA dilaksanakan sehari setelah proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945. Presiden Soekarno menyetujui dibubarkannya PETA karena ingin membuktika pada dunia bahwa Indonesia merdeka di atas kaki sendiri. Sehingga setiap senjata yang dipakai untuk melawan negara mana pun nantinya adalah senjata milik sendiri dengan prajurit dari dalam negeri sendiri. Sama sekali tidak ada pengaruh Jepang dalam setiap usaha kemerdekaan. Karenanya, para Daidanco banyak yang meletakkan senjatanya.

Resminya pembubaran PETA dilakukan secara baik-baik tanpa ada kerusuhan. Pada tanggal 19 Agustus 1945, Letnan Jenderal Nagano Yuichiro yang menjadi panglima terakhir pasukan Jepang di Indonesia memberikan pidato perpisahan. Pidato tersebut sekaligus memutus hubungan PETA yang memperjuangkan kemerdekaan sekaligus membantu mempertahankan Jepang. Dengan begitu, bubarlah PETA dan mandirilah kesatuan militer Indonesia.

Para bekas tentara PETA banyak yang kemudian terjun di dunia militer Indonesia. Beberapa di antaranya menjadi petinggi, dan beberapa di antaranya tidak terlalu dikenal namanya. Namun, dikenal atau tidak mereka telah memberikan sumbangan besar terhadap pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang sekarang dikenal dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI).

II. Peringatan Serangan Umum 1 Maret Jogjakarta

dokpri- Reenactor Indonesia di Benteng Vredenberg
dokpri- Reenactor Indonesia di Benteng Vredenberg

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun