[caption id="attachment_194268" align="aligncenter" width="400" caption="Sumber foto :mbah google"][/caption] Kita tahu, beragam sukacita lebaran dapat diwujudkan dengan hal yang berbeda-beda. Terlebih di indonesia sekarang ini. Berpenduduk lebih dari 125 juta yang menurut bang haji rhoma irama. Ada hal - hal berbeda,unik di kampungku, dan aneh di keluargaku. Bisa dibilang hanya di Indonesia dimana ada event tahunan saling mengunjungi, saling sapa dan bermaaf-maafan secara masal. Gak mengenal agama, ya Kristen,ya Budha, ya Hindu, ya.......Islam KTP, semuanya saling mengunjungi. Dimana momen inilah yang paling dianggap pas untuk meminta maaf. Jika kemaren-kemaren malu meminta maaf, pada hari lebaran sepertinya gampang sekali meminta maaf dan sebaliknya mudah juga bagi yang memaafkan. Hingga, ada beberapa jenis manusia yang gak mau meminta maaf kecuali saat lebaran. Halal bihalal menurut versi saya bisa diartikan sebagai 0-0 ( kosong- kosong ). Berimbang, antara kamu dan aku. Namanya Fair (Kamu tidak mempunyai salah kepadaku dan kau tidak punya salah terhadapku). Halal bihalal adalah(mungkin) kesempurnaan sebuah taubat. Saya sependapat jika meminta maaf kepada Allah, pasti dimaafkan tanpa takut ditolak. Lantas bagaimana seandainya kita pernah khilaf dengan sesama manusia? Sungguh, suatu tradisi luar biasa dari hakikat tujuan puasa Ramadhan dan makna idul Fitri yaitu membersihkan dari dari dosa-dosa yang telah manusia perbuat. Bahkan ada ulama yang mengatakan, saat idul fitri seseorang akan terlahir kembali seolah menjadi bayi suci yang muncul ke bumi Btw, soal seperti bayi baru lahir. Mungkin itu cocok bagi anda-anda semua dan tidak bagi saya. Sulit membayangkan diri anda memakai popok dan pipis sembarangan. Idul Fitri juga adalah hal unik dikampungku, beragam ritual dan cara orang-orang saling memaafkan. Ada sejumlah orang tua (uzur, tua dalam arti sebenarnya secara usia) saat di kunjungi begitu antusias. Benar-benar antusias saat akan memaafkan dan dimaafkan, hingga perlu waktu atau trik tersendiri saat mengunjungi mereka. Karena saat tangan kita salaing berjabatan, muncul suara-suara seperti mantra " Sepuraen mbahe yo naak!!, seng tuo akeh lepate, tak dungano padang dalane lancar rejekine, jembar kubure, sehat walafiat, duwe ilmu manfaat. ............................dll" Dan yang muda hanya bisa manggut-manggut, seolah mengerti. Adapun trik untuk memperkuat suasana lebaran tersebut adalah Saat jabat tangan cukup tangan kanan saja disaat bersamaan, tangan kiri merogoh uang ala kadarnya sambil berucap "niki mbah" senyam-senyum kabur Kembali sejenak ke masa orde baru, persis seperti yang di teladankan oleh mendiang Pak Soeharto dulu. Saya ingat betul etika ini dimana para orang tua duduk berjajar diurutkan berdasarkan usia, lalu yang muda sungkem secara bergiliran. Trick menghindari halal bihalal semacam ini, saat mau masuk rumah coba di lirik saja. Jika didalam rumah ada orang tua duduk berjajar, mending tunda dulu dan kerumah tetangga yang lain. Saya juga mendapati suasana rumah menjadi sangat mencekam. Tangisan sedih, terdengar ke seluruh pelosok ruangan (lebay.net), hingga kadang tetangga sebelah rumahpun mendengar kesusahan hati mereka. Sungguh kawan, saya sangat tahu perbedaan tangis bahagia, tangis minta maaf dan ***tangisan cino yang penuh kesedihan. Btw soal tangis menangis, memang ada tetangga saya yang setiap tahun meminta maaf dengan cara menangis sambil berpelukan. Hingga dalam hati berkata,"Ini bukan sinetron, kesalahan besar apakah diantara mereka hingga tiap tahun selalu menangis meminta maaf?". Bukan suka gosip, tapi para tetangga yang lainnya sudah sangat familliar dan enteng mengatakan "nanti habis lebaran kita musuhan lagi ya". Lha, sekarang apa yang terjadi dirumah saya? Jika anda sering melihat tayangan "Laptop Si Unyil", Itulah background keluarga saya saat ini (ngibul.com). Ritual yang dimulai tepat seusai sholat shubuh (waktu jaman bahoela masih kecil lebih extreem, jam 3 pagi disuruh berangkat agar dapat idul fitri pertama kali ). Bangun tidur, mandi, makan santai ( lebih sering makan dulu ketimbang mandi ) dan tepat waktu imsak pergi ke Masjid takbir dan untuk sholat ied berjamaah. Sehabis sholat, tentu inilah acara inti saling bermaafan antara Ibu, Bapak, Mbah, Kakak, Adik.
- Masuk rumah, sambil cengengas-cengenges seolah sudah tidak ada dosa lagi
- Saling wajah satu sama lain, kira-kira siapa yang mendahuli minta maaf
- Menuju dapur dengan slengekan, berharap ada yang dimakan
- Begitu dapat 1 panci hangat, kembali cengengas-cengenges meraih gayung si-lontong sayur
- Melihat kembali melihat satu sama lain, sambil berfikir,"kenapa tidak ada yang minta maaf sama saya?"
- Saat makanan ada dimulut, baru ada yang inisiatif saling meminta maaf.
- Cengar-cengir, mengucapkan "epuyane yo, oen wes tak epuyo" (maaf ya, kamu juga sudah aku maafkan)
- Melanjutkan makan sambil nonton tv (acaranya cuma takbir dan shalat Led dari masjid istoqlal- TVRI mode On)
Wkekekek Ritual yang menegangkan, halal bihalal versi Empat-mata, ada 8 langkah yang sudah seperti asam garam di keluarga saya dan tanpa selip sedikit pun. Jika membaca tulisan ini,mungkin anda sekarang berpikiran bahwa penulis adalah orang yang tuna grahita yang (suci dari hadast besar dan kecil) yang diutus ke dunia untuk menulis karya fiksi dan bisa anda ambil hikmanya. Meminta maaf bukan sekedar bersalaman dan terus kabur. Namun juga ke ihlasan menerima kesalahan orang lain terhadap diri kita. Allah SWT telah menganugrahi kita berupa sifat pelupa, agar kita bisa melupakan kesalahan orang dan terus maju kedepan. Ok, Sahabat Indonesia yang Gembel (Gemar belajar), mari sembuhkan hati kita dengan memaafkan sesama. Kita ambil nilai positif, jadikan diri kita menjadi pribadi yang bahagia, pribadi yang penuh semangat dan pribadi yang pantas meraih kemenangan yang fitri ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H