Banjir Rob Hantam Desa Bagan Serdang, Warga Butuh Bantuan
Pantai Labu, Deli Serdang – Banjir rob yang terjadi di Desa Bagan Serdang, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang kini menjadi ujian bagi warga Bagan Serdang. Air pasang yang tak kunjung surut telah merendam pemukiman yang rendah, menggenangi dalam rumah hingga merusak rumah-rumah warga, bahkan menggenangi lahan kosong. Kondisi ini tidak hanya menyebabkan kerusakan infrastruktur, namun juga berdampak signifikan pada kesehatan masyarakat. Banyak anak maupun orang dewasa yang mengalami penyakit kulit akibat terpapar air kotor, sementara anak-anak terpaksa menghentikan aktivitas belajar karena sekolah mereka terendam. Kehidupan sehari-hari yang sudah sulit semakin terpuruk akibat bencana ini.Â
"Banjir rob ini kurang dapat diprediksi, kadang datangnya siang, kadang malam, kadang datangnya siang dan datang lagi malam. Kalau sudah banjir rob, warga semuanya kerepotan karena kan surutnya bisa sampai 5 hari tergantung pasangnya tinggi berapa, yang besar itu pasang 30 bisa sampai selutut orang dewasa... biasanya kalau sudah banjir rob, banjirnya masuk sampai ke dalam rumah, jadi banyak barang yang rusak, selain sampah, kadang ular dan hewan air lain juga ikut masuk rumah karena terbawa arus banjir rob. Apalagi kalau banjirnya malam, tidurnya harus berdiri karena basah semua, kadang gak tidur" ujar Bu Siti (47 tahun, Ibu Rumah Tangga), salah seorang warga yang rumahnya terendam.
Libur sekolah yang bertepatan dengan musim hujan dan banjir rob menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua. Anak-anak yang bosan di rumah seringkali tertarik untuk bermain air banjir. Padahal, bermain air banjir rob sangat berbahaya dan berdampak buruk bagi kesehatan. Air banjir rob membawa berbagai macam bakteri dan parasit yang dapat menyebabkan penyakit kulit, diare, hingga penyakit yang lebih serius. Selain itu, genangan air yang tersisa di lahan kosong dekat rumah warga dapat menjadi sarang nyamuk dan berbagai jenis serangga. Hal ini meningkatkan risiko penyakit seperti demam berdarah, malaria. Selain itu, sampah yang berserakan akibat banjir rob menjadi sumber bakteri dan virus yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit. Kondisi ini sangat membahayakan kesehatan masyarakat, terutama anak-anak dan lansia. Â
"Biasanya karena anak sekolah diliburkan, nah mereka jadinya main-main air dari banjir rob itu, mereka berenang tuh semua. Kami orang tua ini kan sibuk semua mengurus dampak dari banjir rob, jadi anak-anak gak terpantau terus, setelahnya mereka anak-anak itu jadi gatal-gatal kulitnya, kadang diare juga" ujar Bu Karimah (54 tahun, Ibu Rumah Tangga).
Warga bersama pemerintah desa telah berupaya sekuat tenaga untuk mengatasi dampak banjir rob. Mereka menanam tanaman bakau dan mangrove, membersihkan lingkungan, memperbaiki rumah yang rusak ringan, memperbaiki jalan dan gang yang rusak, membangun TPT (Tembok Penahan Tanah), serta membangun posko pengungsian jika situasi darurat. Namun, upaya tersebut masih belum sepenuhnya mampu mengatasi permasalahan yang kompleks ini.
"Kalau dari kami sendiri selaku warga, sudah pernah coba tanam tanaman tapi gak bisa kokoh karena kan banjir rob terus, jadi setelah ditanam ya hilang tanamannya, hilang kebawa arus banjir rob... gitu seterusnya" ucap Bu Aminah (69 tahun, Ibu Rumah Tangga).
Kepala Dusun 1 Desa Bagan Serdang, Bapak Suriadi, mengatakan bahwa pemerintah desa telah berupaya sekuat tenaga untuk membantu warga, seperti penanaman mangrove di pinggir sungai arah pantai, yang dimana akar mangrove dapat menahan tekanan air yang naik ke darat, namun bencana ini membutuhkan penanganan yang lebih serius dari pemerintah daerah. Terlebih tidak adanya regulasi mengenai larangan penebangan pohon, oleh karenanya banyak penebangan kayu bakau di hutan yang ditebang untuk diolah menjadi alat nelayan. Hal ini dikarenakan setelah terjadinya  banjir rob, banyak perahu atau sampan dan alat nelayan yang rusak. Sehingga kejadian ini dimanfaatkan oleh beberapa oknum setempat yang tidak bertanggungjawab.
"Setelah banjir rob surut, bukan berarti masalah selesai, karena tiap banjir sudah surut, sampah yang dari laut selalu tertinggal. Begitupun di sekolah-sekolah, kalau banjir sudah surut, banyak anak sekolah yang enggan kembali sekolah karena lingkungannya masih becek... begitu juga dengan orang tua yang mengungsikan kendaraan mereka di tempat yang tinggi misalnya di daerah yang tidak terkena banjir rob atau kadang diatas atap rumah, nah itu kan butuh waktu tuh kalau mau dipakai kendaraannya, jadi biasanya anak sekolah disuruh jalan, nah karena jalannya kotor dan masih becek, mereka jadi malas sekolah" imbuh Bu Lina selaku Sekretaris Desa Bagan Serdang.
Pemerintah desa telah berupaya memberikan bantuan, namun kebutuhan warga yang semakin meningkat menuntut perhatian lebih dari pemerintah daerah maupun pusat. Selain bantuan sembako dan pelayanan kesehatan gratis yang datang ke rumah, warga juga membutuhkan solusi jangka panjang untuk mengatasi masalah banjir rob yang terus berulang.
"Kalau banjir rob, bantuan dari pemerintah desa lebih sering di sembako, namun setiap terjadinya banjir rob, masyarakat selalu mengingatkan pada kami untuk mengupayakan bantuan dari pemerintah terkait pengorekan di pantai atau pinggir sungai... namun hal ini terkendala pada biaya yang besar. Selain bantuan sembako, kami juga sudah melakukan penanaman mangrove di pantai-pantai itu... cuma dalam pemeliharaannya kurang karena banjir rob yang terus berulang, nah kami juga ada melakukan upaya penanggulangan banjir rob dengan melakukan pembangunan TPT (Tembok Penahan Tanah) di pinggir sungai, pembangunan tersebut ternyata kurang efektif juga, air tetap datang walaupun secara berangsur-angsur tetapi tetap menyebabkan terjadinya banjir rob juga hingga masuk ke dalam rumah-rumah warga" ujar Bu Lina selaku Sekretaris Desa Bagan Serdang.
"Oleh karena itu, saat ini kami sedang mengupayakan bantuan dana dari pemerintah terkait pengorekan di pantai, di pinggir-pinggir sungai sebagai solusi upaya penanggulangan banjir rob ini untuk dicoba, karena berbagai solusi sebelumnya kurang efektif untuk mengatasi masalah banjir rob ini" ucap Bu Lina selaku Sekretaris Desa Bagan Serdang.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta. Â Banjir rob yang terjadi di Desa Bagan Serdang menjadi sorotan penting bagi pemerintah daerah. Kejadian ini menunjukkan bahwa upaya penanggulangan banjir rob yang telah dilakukan sebelumnya belum optimal.
Melalui aksi edukasi dan berbagi informasi yang dilakukan pada Jum'at, 11 Oktober 2024 di Dusun 1 Desa Bagan Serdang yang melibatkan Kepala Dusun 1 Desa Bagan Serdang, Sekretaris Desa Bagan Serdang hingga warga Desa Bagan Serdang, mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) ingin menjembatani ilmu pengetahuan dengan kebutuhan masyarakat. Harapannya, masyarakat Desa Bagan Serdang dapat lebih siap menghadapi bencana. Tujuannya, agar masyarakat dapat mengurangi risiko kerugian akibat banjir dan meningkatkan derajat kesehatan serta dapat berperan aktif dalam upaya pencegahan dan penanggulangan bencana. Kegiatan ini menjadi langkah awal yang baik untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Agar dampaknya lebih berkelanjutan, perlu adanya dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat. Dengan begitu, upaya untuk mengatasi masalah banjir rob dapat terus dilakukan secara konsistenÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H