Depok, Kota (seharusnya) Pintar, bukan Semrawut.
oleh: Gufron Albayroni
Sepanjang sore hingga malam kemarin, 22 Desember 2019, Viral di Medsos tentang kondisi jalan Margonda yang mirip sungai, air mengalir deras dan di salah satu video terlihat genangan setinggi jok motor.
Hujan di hari ibu 22 Desember 2019 memang cukup lebat dan lama, tapi bukanlah hujan seharian bahkan bukan pula setengah hari. Apa masalahnya? pasti karena daya tampung gorong-gorong yang tidak memadai. Gorong-gorong ada, tapi mungkin tersumbat jalan masuknya, atau kurang besar, atau banyak endapan lumpur yang mengurangi kapasitas?Â
Lalu, apakah waktu pelebaran dulu tidak diperhitungkan ketika jalan melebar maka daya tampung air juga meningkat, sehingga dibutuhkan juga gorong-gorong yang lebih besar yg akan mengalirkan air ke suatu tempat. Entahlah.Â
Sekelas jalan Margonda memang butuh perencanaan matang. Jalan itu berubah dari jalan tanah sampai tahun 70 an dan menjadi jalan aspal di tahun 80an seiring masuknya UI ke tanah Depok. Tahun 90an, jalan itu masih 2 lajur, tempat lalu lalang bis Depok Grogol, Depok Pasar Minggu, Depok Pulogadung.
Pertanyaan menggelitik lanjutan, kalau sekelas Margonda saja yang merupakan Thamrinnya Depok seperti itu ketika hujan? bagaimana dengan yang lain? dengan Sawangan, Tapos, Citayam? Kalimulya, Cipayung, Bojongsari?
Tak habis bahan cerita mengenai sempit, dan macetnya akses jalan dari Sawangan, juga dari Citayam. Pernah dengar kemacetan di Cinere - Meruyung? Sampai kapan akan tetap seperti itu?
Ya, Depok mmg membutuhkan perubahan, perubahan yang cerdas, yg mampu mewujudkan Depok menjadi kota yang pintar, yang melihat wilayah Depok satu kesatuan dari Sawangan sampe Harjamukti, dari Cimanggis sampai Citayam, dari Cipayung sampai Cinere.Â
Ini adalah kota yang tidak boleh semrawut karena kegagalan perencanaan, yg sepotong-potong, yg tidak melihat Depok hanya sebaris jalan lurus antara Lenteng Agung dan Pancoran Mas.
Depok adalah kota yang pintar yg harus mampu menghubungkan Cinere, Sawangan, Citayam, Cipayung, Tapos, Harjamukti dalam sebuah koridor kemajuan bersama, terkoneksi oleh Public Transport yg nyaman dan jalur sepeda yang menyehatkan.
Mobilitas pintar ini akan mampu memicu kreatifitas dan gaya hidup sehat dan berkesinambungan. itulah kenapa kita menyebutnya dengan Koridor Kemajuan.Â