Mohon tunggu...
Blitarian
Blitarian Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulislah, walau sebaris kalimat

Buku, Sepeda, Perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Depok, Kota (Seharusnya) Pintar

25 Desember 2019   00:27 Diperbarui: 25 Desember 2019   03:23 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Depok, Kota (seharusnya) Pintar, bukan Semrawut.
oleh: Gufron Albayroni

Sepanjang sore hingga malam kemarin, 22 Desember 2019, Viral di Medsos tentang kondisi jalan Margonda yang mirip sungai, air mengalir deras dan di salah satu video terlihat genangan setinggi jok motor.

Hujan di hari ibu 22 Desember 2019 memang cukup lebat dan lama, tapi bukanlah hujan seharian bahkan bukan pula setengah hari. Apa masalahnya? pasti karena daya tampung gorong-gorong yang tidak memadai. Gorong-gorong ada, tapi mungkin tersumbat jalan masuknya, atau kurang besar, atau banyak endapan lumpur yang mengurangi kapasitas? 

Lalu, apakah waktu pelebaran dulu tidak diperhitungkan ketika jalan melebar maka daya tampung air juga meningkat, sehingga dibutuhkan juga gorong-gorong yang lebih besar yg akan mengalirkan air ke suatu tempat. Entahlah. 

Sekelas jalan Margonda memang butuh perencanaan matang. Jalan itu berubah dari jalan tanah sampai tahun 70 an dan menjadi jalan aspal di tahun 80an seiring masuknya UI ke tanah Depok. Tahun 90an, jalan itu masih 2 lajur, tempat lalu lalang bis Depok Grogol, Depok Pasar Minggu, Depok Pulogadung.

Pertanyaan menggelitik lanjutan, kalau sekelas Margonda saja yang merupakan Thamrinnya Depok seperti itu ketika hujan? bagaimana dengan yang lain? dengan Sawangan, Tapos, Citayam? Kalimulya, Cipayung, Bojongsari?

Tak habis bahan cerita mengenai sempit, dan macetnya akses jalan dari Sawangan, juga dari Citayam. Pernah dengar kemacetan di Cinere - Meruyung? Sampai kapan akan tetap seperti itu?

Ya, Depok mmg membutuhkan perubahan, perubahan yang cerdas, yg mampu mewujudkan Depok menjadi kota yang pintar, yang melihat wilayah Depok satu kesatuan dari Sawangan sampe Harjamukti, dari Cimanggis sampai Citayam, dari Cipayung sampai Cinere. 

Ini adalah kota yang tidak boleh semrawut karena kegagalan perencanaan, yg sepotong-potong, yg tidak melihat Depok hanya sebaris jalan lurus antara Lenteng Agung dan Pancoran Mas.

Depok adalah kota yang pintar yg harus mampu menghubungkan Cinere, Sawangan, Citayam, Cipayung, Tapos, Harjamukti dalam sebuah koridor kemajuan bersama, terkoneksi oleh Public Transport yg nyaman dan jalur sepeda yang menyehatkan.

Mobilitas pintar ini akan mampu memicu kreatifitas dan gaya hidup sehat dan berkesinambungan. itulah kenapa kita menyebutnya dengan Koridor Kemajuan. 

Kemajuan berbasis Kreatifitas dan Inovasi. Digerakkan oleh warga yg sehat dan berfikir positif. Karena itulah aslinya Depok; Pintar dan Sehat, Bukan Semrawut.

Sepotong Depok yang tertata itu cukup terlihat di Kawasan Kampus UI yang rapi menata jalan, bangunan, hutan dan danau. Tak lupa jalur pejalan kaki dan pesepeda.

Tentu ada public transport berupa bus kuning yang iconic. Alangkah indahnya dan bahagianya warga Depok, kalau kawasan yang rapi itu dapat diwujudkan merata ke seluruh kawasan kota. Bisa? Tentu bisa. Surabaya telah melakukannya, Banyuwangi juga. Bukankah semua perubahan besar di dua daerah itu terjadi dalam 10 tahun terakhir.

Ayolah Depok. Kamu Bisa!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun