Mohon tunggu...
Blitarian
Blitarian Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulislah, walau sebaris kalimat

Buku, Sepeda, Perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Saatnya Meninggalkan Bagian Barat Indonesia

29 Desember 2014   17:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:14 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bersamaan dengan kunjungan Presiden ke Papua, adalah saat yang tepat juga untuk melakukan perubahan cara kita berfikir tentang Indonesia. Selama ini kita hanya tahu saja bahwa Indonesia itu luas dan besar, tapi jarang di antara kita yang sadar bahwa luas dan besarnya Indonesia ini setara dengan luas dan besarnya seluruh negara-negara Eropa Barat. Jadi setara dengan gabungan England, France, Germany, Italy, Spain, Portugal. Itu adalah negara-negara utama di Eropa Barat dalam hal luas dan jumlah penduduk.

Bagian barat Indonesia, relatif sudah maju dibanding bagian timurnya. Bila dilihat dari indikator perputaran uang dan pergerakan bisnis secara kasat mata jelas terlihat bagian barat jauh lebih dinamis dibanding timur.  Saya tidak punya angka exactnya tetapi itu bisa di googling. Karena ini tulisan sambil nonton TV yang memberitakan pencarian QZ8501 di laut Jawa, ya saya tak merasa perlu untuk melengkapi data tersebut. Yang jelas, seluruh indikator ekonomi dan indeks eksploitasi sumber daya alam, saya yakin bagian barat indonesia, Sumatera, Jawa dan Kalimantan jauh mengungguli bagian timur Indonesia.

Ini juga terlihat dari tumbuhnya kota-kota baru yang berkembang pesat di bagian Barat Indonesia. Medan, Pekanbaru, Batam, Balikpapan adalah beberapa nama kota yang tumbuh pesat dari sisi perputaran uang dan penciptaan lapangan kerja. Saya yakin jika kita perdalam data mengenai bisnis mobil dan property di kota-kota tersebut, pertumbuhannya bisa jadi fantastis. Bisnis property dan mobil adalah indikator yang paling mudah untuk dilihat, menunjukkan naiknya pendapatan masyarakat. Bisa ditambahkan di sini adalah juga laju pertumbuhan jumlah penumpang pesawat di kota-kota tersebut, pasti fantastis angkanya dalam 10 tahun terakhir.

Itu semua terjadi di Barat. Semua trend positif tersebut, hebatnya terjadi di tengah-tengah banyak keluhan pelaku bisnis akan intervensi oknum pejabat yang korup dan memeras pelaku bisnis. Tak mudah membuktikan, tapi data hasil tangkapan KPK menunjukkan banyak pejabat daerah di bagian barat Indonesia memang yang ditangkap dalam 10 tahun terakhir. Silakan diperdalam sendiri. Bagaimana jika intervensi itu dikurangi atau bahkan dihilangkan? Bagaimana seandainya ada deregulasi dan debirokratisasi lanjutan untuk lebih mengefisienkan bisnis di seluruh sektor? Saya yakin, dunia private, dunia bisnis telah dapat menemukan jalannya sendiri untuk menciptakan kemakmuran. Bahkan tanpa intervensi pemerintah sama sekali. Jika itu terjadi, maka pemerintah benar2 hanya berada dalam posisi regulator dan full ngurusi penarikan pajak yang dihasilkan dari aktifitas bisnis. Konsentrasi pemerintah pada regulasi investasi, menata peta pasar agar yang besar tidak semena-mena kepada yang kecil. Fokus pada keseimbangan antar sektor dan antar pemain akan membawa perekonomian Indonesia menjadi compatible dengan pasar global. Ini penting karena seluruh perjanjian pasar dunia sudah ditanda tangani Indonesia. Entah disadari atau tidak, global market agreement sudah diteken pemimpin Indonesia di masa lalu. Mulai dari WTO sampai ASEAN market, Indonesia dalam sejarahnya malah terdokumentasi sebagai yang paling aktif seolah-olah sebagai player yang paling siap mengintegrasikan perekonomiannya ke dalam pasar tersebut.

Jadi pilihannya bagi Indonesia adalah mempersiapkan diri supaya siap bertarung. Dan pemain sebenarnya dalam pertarungan tersebut adalah bukan pemerintah lagi, tetapi dunia bisnis. Pemerintah hanya regulator yang hal paling jauh hanya fasilitator bagi dunia bisnis domestik untuk ikut bermain di pasar global.

Kembali ke soal barat dan timur, barat relatif sudah bisa jalan sendiri tanpa pemerintah. Bahkan anekdotnya kalau pemerintah tidur, pertumbuhan bisnis akan lebih baik lagi. Mungkin itu benar. Kalo saya lebih suka jangan tidur, tapi pindahkan ke timur. Pindahkan pikiran ke timur tentunya dengan manajemen yang lebih baik karena sudah pengalaman di barat pada tahun-tahun sebelumnya. Timur relatif masih alami, ya karena kalopun ada tanah yang dieksploitasi untuk pertambangan duitnya dibawa ke barat jadi tidak ada bekas apapun di timur kecuali ya tanah bekas tambang itu sendiri.

Dalam pelajaran ekonomi dasar, saya masih ingat rumus pertumbuhan Y = C + I + G. Y adalah pertumbuhan yang berbanding lurus dengan besaran C, consumption dan I, Investment dan G, Government. Di barat, C dan I sudah cukup untuk memacu pertumbuhan. Di timur sebaliknya. Musti banyak rekayasa agar G di timur diperbesar. G ini bisa berupa infrastruktur, bisa juga berupa Military expenditure misalnya dengan membangun pos militer di perbatasan yang lambat laun akan menghasilkan kota baru sebagai pusat pertumbuhan. Bisa juga injeksi modal kepada BUMN dan BUMD utk melakukan aktifitas bisnis di sana, mengeksploitasi sumber daya alam untuk diolah menghasilkan nilai tambah baru yang lebih besar.

Kunjungan presiden ke Papua kali ini memang seharusnya tidak melulu berupa seremoni perayaan tetapi akan lebih bermakna jika meninggalkan kesan yang monumental, berupa kebijakan mendasar: Let's Go East, buddy!!

Jadi saya merasa wajar apabila saya meminta kepada Presiden untuk berfikir "meninggalkan" Barat yang sudah bisa jalan sendiri, bahkan berlari untuk berpaling ke timur yang masih belajar jalan. Indonesia ini luas, seluas dan sebesar Eropa Barat. Eropa Barat membutuhkan lebih dari 10 presiden untuk mengelola kawasan tersebut sedangkan Indonesia hanya satu saja.

Apa hal-hal yang saya harapkan akan menjadi kebijakan Presiden setelah kembali dari Papua?

1. mengaktifkan pelabuhan di Papua sebagai international hub, sebagai pelabuhan import untuk produk import dari Jepang dan Tiongkok. ini akan memberikan efek multiplier yang luar biasa bagi perekonomian Indonesia timur dan akan membuka banyak lapangan kerja. jasa bongkar muat, pergudangan, dan kapal kargo akan tumbuh. sebaliknya industri nilai tambah yang mengolah bahan mentah di Indonesia timur akan bermunculan.

2. menutup ijin bank asing di wilayah barat dan mengarahkan ke timur. jadi kalo bank sing and malay mau buka cabang, sila buka di Papua, Maluku, NTT ya..barat sudah tertutup.....ini akan meningkatkan penetrasi keuangan masyarakat. akses ke perbankan terbuka. kalo buat asing ditutup, buat bank domestik diberi insentif kalo buka di timur, misalnya potongan pajak dan berbagai kemudahan lainnya.

3. menggunakan secara efektif pola insentif dan disinsentif pajak untuk melakukan aktifitas bisnis di Timur. harus kreatif di sisi ini dengan prinsip keseimbangan antar sektor dan antar player.

4. dalam jangka menengah, persiapkan untuk membuka sebuah ibukota baru di kawasan timur. banyak tempat bagus dan luas untuk membangun kota yang benar-benar baru. Pulau Biak misalnya yang sudah memiliki International Airport dan tepat berada di Equator adalah kandidat terbaik untuk menjadi the new capital of Indonesia. Ini jaman modern, jaman internet. Tak ada lagi tempat di muka bumi yang kategori terpencil. Bahkan secara geografis, New Zealand yang maju itu jauh lebih terpencil di pojok selatan pasifik. Tapi dia mampu menciptakan kemakmuran bagi penduduknya. dibanding New zealand, tanah papua dan pulau-pulau di Indonesia Timur jelas tidak terpencil sama sekali.

Empat hal itu saja yang terlintas di fikiran saat ini. Empat hal yang akan memberikan efek multiplier bagi pertumbuhan ekonomi di kawasan timur Indonesia.

Akhir kata, saya ucapkan selamat datang kembali ke bagian barat indonesia kepada Presiden Jokowi, jangan lupa untuk selalu kembali menengok ke timur dan merestui permintaan saya di atas. Saya yakin dunia bisnis di bagian timur Indonesia akan dapat lebih cepat menemukan jalannya untuk menciptakan kemakmuran apabila bapak mengambil keputusan besar tersebut.

Buat semuanya, terimaksih untuk 2014 yang luar biasa. dan mari kita memasuki 2015 dengan mengucap bismillah semoga Allah selalu menaungi kita dengan berkah dan petunjukNya. Amiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun