Nasdem dan Hanura disusul Golkar, bermain lebih awal, dengan menyatakan dukungan tanpa syarat ke Ahok. Ini juga untuk meyakinkan relawan Teman Ahok untuk tak khawatir Ahok tidak maju di pilgub. Kalau Nasdem dan Hanura adalah pengusung Jokowi di pilpres, bagaimana dengan Golkar, parpol besar yang tiba-tiba saja masuk mendukung Ahok. Mungkinkah tidak ada “tangan besar” di belakang itu. Padahal Golkar bukanlah parpol kemarin sore. Lihat bagaimana Golkar lepas dari tangan Aburisal Bakrie ke Setya Novanto, lalu dini hari mendaulat Jokowi sebagai capres 2019.
PAN, PKB dan PPP adalah pemain lain yang diturunkan menjelang injury time. Tidak sulit bagi orang-orang selihai Muhaimin, Zulkifly dan Romahurmuzy membujuk SBY memajukan putra mahkotanya. Tak heran, munculnya nama Agus Yudhoyono begitu heboh. Hebohnya karena orang bertanya, mungkinkah SBY bisa sebodoh itu, mengorbankan karir militer anaknya yang cemerlang? Banyak orang menertawakan langkah ini, sekalipun ada juga yang membaca jika SBY sedang menyiapkan Agus menjadi penerusnya di Demokrat.
Sejauh ini, skenario ini berjalan mulus. Kebenarannya akan diuji menjelang pada Februari tahun depan. Jika mulus, maka Ahok-Djarot akan menghadapi Anies-Sandi di putaran kedua. Saat itulah trio PAN, PKB dan PPP akan kembali ke rumah, rumah sesungguhnya.
Dan jika Ahok-Djarot kembali berkuasa, maka tiada yang lebih sumringah selain Sang Sutradara Utama, sesumringah mayoritas warga Jakarta.
Baca juga prediksi Blind Side jauh hari sebelumnya di sini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H