Mohon tunggu...
Diah Chamidiyah
Diah Chamidiyah Mohon Tunggu... pegawai negeri -

masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sepenggal Kisah Anak Manusia

23 Februari 2012   02:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:18 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

image: google

Tatapan matanya masih sama, gerak tubuhnya juga tak banyak berubah. Tapi ada yang aneh, entah apa itu. Aku mengenalnya setahun yang silam, dalam acara live show dangdut di lapangan kecamatan. Dia sangat ceria dengan balutan busana ketat yang seksi. Dia bergoyang mengikuti alunan musik dari panggung dan sesekali juga ikut bernyanyi. Suaranya terdengar agak sumbang, tapi tertutup oleh goyangannya. Ah, serasa tanpa beban hidupnya. Sebulan kemudian, dia datang kerumahku. Dia bercerita kalau akan dinikahkan dengan pemuda kampung sebelah yang tak dikenalnya. Meski dengan terpaksa, dia harus mau "Ini merupakan bentuk pengabdianku pada kedua orang tuaku." katanya dengan tersendu. Aku tahu, sebagai buruh tani orang tuanya akan segera menikahkan anak perempuan, karena dapat mengurangi jatah mulut yang harus diberi makan. Beda dengan anak laki-laki, karena tenaga laki-laki dapat membantu orang tua disawah. Dia baru setahun lulus SD dan harus mau menerima pinangan dari laki-laki, yang tak jelas pekerjaannya. Katika berkenalan, laki-laki itu selalu berganti motor, dan bilang kalau punya show room motor. Ah, orang tua mana yang tak ingin anaknya bahagia, hidup bergelimang harta. Akhirnya, lamaran laki-laki itu mereka terima. Begitu dia curhat padaku. Setahun kemudian, aku bertandang kerumahnya, rumah yang dia bangun dengan kerja keras menjadi buruh di pabrik ikan yang baru dibuka. Rumah yang sederhana, masih berupa bata merah berlantai tanah. Setelah menikah, justru dia yang menjadi tulang punggung keluarga, bekerja siang malam menghidupi dirinya, suaminya bahkan mertuanya. Yang lebih menyedihkan lagi, suaminya masuk bui karena menjual motor hasil curian. Duh tragisnya nasibmu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun