Mohon tunggu...
Diah Chamidiyah
Diah Chamidiyah Mohon Tunggu... pegawai negeri -

masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Humor

Hantu Tangan

25 November 2011   13:14 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:12 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini kisah nyata suami saya:

Bermula ketika kami menjadi tenaga musiman yang melayani jamaah haji,  istilahnya Temus. Kami berempat merupakan mahasiswa Al-Azhar University. Sebelum di tempatkan di sektor, kami sementara ditempatkan di kamar atau ruangan yang biasa digunakan sebagai kamar mayat bagi jamaah haji yang meninggal. Semacam selasar yang sangat luas. Teman-teman Temus yang lain sudah tidur dengan pulas, hanya kami berempat yang belum tidur. Ah, tepatnya terbangun ditengah malam karena ada salah salah satu teman yang tindihan. Akibatnya, kami tidak dapat tidur kembali.

Setelah itu, kami justru ngobrol seru. Mulailah teman-teman  bercerita tentang horor. Ada yang pernah bertemu dengan genderuwo, ada yang pernah bertemu dengan pocong, bahkan bertemu kuntilanak. Hiiiiiiii kami pun semakin merasa seram berada disini. Tibalah giliran saya untuk bercerita. Sialnya, saya tak pernah bertemu dengan yang aneh-aneh. Tapi teman-teman tetap memaksa saya untuk bercerita horor. Karena terus didesak, saya pun mulai bercerita:

"Kalian tahu pondokku, namanya juga pondok pesantren, biasanya terkenal angker. Begitu pula dengan pondok pesantrenku. Ada yang pernah ketemu pocong, pernah juga ketemu genderuwo dan yang paling sering adalah kesurupan. Nah, kalo kesurupan, yang sering adalah santriwati.

Tengah malamsaya terbangun karena kebelet mau kencing. Tengok kanan, Supri terlihat sangat pulas, tengok kiri Ahmad sedang ngorok, maklumlah, jam dua belas teng. Santri-santri baru saja beranjak kealam mimpi. Biasanya mereka tidur diatas jam sepuluh malam, jadi pas saya terbangun, mereka baru pulas.' Waduh, gimana nih, sudah kebelet mau kencing, masak ga ada yang bangun sih, kan ngeri berjalan ke kamar mandi sendirian.' Batinku sambil menggoyang-goyang tubuh Ahmad yang tetap tak bergeming. Apalagi diluar hujan rintik-rintik. Klop deh, gelap plus dingin.

Akhirnya dengan membaca Bismillah, saya berjalan ke kamar mandi. 'Masak santri takut dengan hantu,' pikirku. Di sepanjang jalan terlihat remang-remang, maklumlah, semua santri sudah tidur, jadi lampu dimatikan. Hanya lampu diluar yang masih menyala. Hampir saja kakiku menginjak Ali yang tidur diluar. Ketika masuk dikamar mandi, tiba-tiba bulu kuduk saya berdiri, merinding. Kata orang, kalau bulu kuduk berdiri, tandanya ada mahluk halus didekatkita. Saya pun cepat-cepat menyelesaikan hajat. Setelah itu saya mengambil air wudhu, naitnya sih sekalian sholat tahajut. Selesai berwudhu mataku melirik ke atas tembok. Glek! diatas tembok tampak tangan kanan sebatas pergelangan nangkring disana. Saya pun menjerit tertahan. Segera saya berlari keluar. Tanpa sadar, saya justru berlari kearah jalan. Tangan tersebut terus mengikuti saya. Tak terasa, saya sudah sampai di depan masjid, tanpa pikir panjang, saya pun masuk ke masjid, dan saya sampai di tempat imam. Huft.. akhirnya bisa lolos dari kejaran tangan tersebut. Sambil mengatur nafas, sayamembalikkan badan. Oh Tuhan, ternyata tangan itu ada didepan mata saya, saya pun gemetar dan memejamkan mata. Saya sudah pasrah jika ajal saya datang dengan cara dicekik oleh hantu tangan. Menit demi menit berlalu sangat lambat, akan tetapi saya tidak merasakan ada yang mencekik leher saya. Akhirnya, dengan ragu-ragu, saya membuka mata. Ternyata tangan tersebut masih disana dan mengajungkanjempol…. RCTI Oke….." kataku sambil mengacungkan jempol

"Sialan, kirain sungguhan…" kata Halim sambil melemparkan gelasnya

Sayapun berlari menyelamtakan diri dari lemparan gelas-gelas kosong

gambar: google

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun