Mohon tunggu...
Tata Margaretta
Tata Margaretta Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Manusia yang berusaha menjadi yang Terbaik dengan melakukan yang Terbaik yang bisa dilakukan...apapun bentuknya sekalipun itu hal Kecil namun Terus menerus maka bukan Tidak Mungkin Ia akan menjadi yang Terbaik.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Gondog

29 September 2012   05:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:30 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu hari ketika tengah bersantai dirumah tiba tiba salah satu sodara saya berkunjung. Dia datang dengan alasan sepulang sekolah tidak ada kegiatan lagi dan diapun meminta ijin untuk bermalam dirumah ketika waktu liburnya datang dan kamipun meng - iya kannya walau sebelum libur dia pun bermalam dirumah. Kami memberitahunya jika akan bermalam dirumah kami tidak apa apa namun dengan kondisi seadanya dan iapun dapat menerimanya.

Selama dia dirumah berbagai cerita diungkapkannya, mulai dari situasi rumahnya hingga kegiatan sekolah dan kesehariannya. Kamipun merasa prihatin dan berbagi saran untuknya. Seiring berjalannya waktu, dia berperilaku tidak menyenangkan dirumah sampai membuat keributan sehingga membuat saya dan kluarga tidak enak dengan tetangga kami. Sayapun berusaha menasihatinya namun tetap saja tidak banyak perubahan yang dia lakukan.

Setelah waktu liburnya usai, kamipun memberitahunya agar dia merubah semua sikapnya sewaktu dia pulang kerumah. Seiring berlalunya waktu, diapun sering mengunjungi rumah ketika pulang sekolah namun dengan tidak memberitahu orang rumahnya terlebih dahulu. Kamiipun merasa risih dan tidak nyaman dengan ini namun kami berusaha melakukan yang terbaik baginya agar dia tidak dimarahi oleh orang rumahnya. Kami berusaha menolong dengan memberikan alibi bahwa memang kami yang menyuruhnya datang kerumah dll.

Suatu ketika kami lagi tertimpa usibah ketika dia main kerumah dan kamipun memutuskan untuk meminta pertolongannya karna tedesak, diapun memberinya. Saya berjanji akan mengembalikannya akhir bulan agustus dan diapun menjawab " santai saja, pakai saja dulu". Kamipun merasa senang dan bersyukur serta lega.

Suatu saat ketika kami sedang berlibur dan hari itu menjelang lebaran tiba tiba mendapat telpon darinya yang tidak kami ketahui karna memang hand phone letaknya jauh dari keberadaan saya. Ketika saya hendak melihat hand phone, ada misscall dan 1sms. Saya baca dan lihat ternyata dia yang misscall dan sms dengan isi yang tidak menyenangkan. Sayapun naik pitam namun tetap diam tak membalas ataupun menelpon balik. Saya berpikir dan berusaha menenangkan diri.

Sepulang dari berlibur kamipun berniat memulangkan apa yang menjadi tanggungjawab kami. Tidak berlama lama kamipun langsung meluncur ke kediamannya namun sayang dia tidak dirumah. Kami titipkan kepada orang rumahnya. Alhasil kamipun berhasil mendapatkan kabar bahwa memang dia yang berperilaku tidak sewajarnya anak, murid dan salah satu bagian dari keluarga serta memberika pemberitaan yang negatif tentang kami kepada orang rumahnya.

Mendengar itu darah kamipun semakin memuncak dan pikiran kamipun melayang tak karuan. Kami menyesal telah mati matian membelanya dll yang kami lakukan untuknya rasanya hanya sia sia belaka. Kami begitu gondognya sampai saya menerima telpon dari dia dan menjawab dengan seadanya serta saya akui itu kata kata yang tidak menyenangkan untuk didengar oleh siapapun.

Begitu geramnya ketika minggu kemarin dia meminjam motor kami tapi tidak berani meminta ijin saya, saya berpikir kalau saya tidak memberinya harusnya dia bisa berpikir dan berasa jika yang dia lakukan kepada kami itu benar benar keterlaluan. Namun sayangnya suami saya memberinya ijin.

Tidak habis pikir dibenakku akan perlakuannya dan apa yang dia inginkan dari perbuatan itu. Apa keuntungan yang dia peroleh dengan kelakuannya??? Sungguh sangat disesalkan sekali, sungguh perbuatan yang sangat tidak patut untuk dilakukan bagi anak seumurannya dan bagi anak yang berpendidikan. Saya tidak menyalahkan siapa siapa atas ini namun sangat disayangkan sekali.

Saya menulis ini hanya untuk menyalurkan perasaan saja, tidak ada unsur lain yang disengaja.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun