Namun demikian, sesulit apapun keputusan yang akan diambil seorang pemimpin sekolah  harus selalu mengingat tiga unsur yaitu mendasarkan diri pada nilai-nilai kebajikan universal, berpihak pada murid, dan bertanggung jawab atas keputusan yang sudah dibuat. Satu hal yang perlu ditekankan terkait berpihak pada murid ini adalah keputusan itu hendaknya menuntun murid menjadi manusia merdeka dan memperhatikan perbedaan individu murid. Ini selaras dengan kurikulum merdeka yang berlaku sekarang yang menekankan pembelajaran berdiferensiasi dan memerdekakan.
Sebuah keputusan kadang sangat berpengaruh terhadap masa depan seorang murid. Seorang murid yang diputuskan tidak naik kelas misalnya bisa menjadi memicu rasa frustasi di dalam diri murid tersebut yang berkepanjangan. Oleh karena itu, sebelum sebuah keputusan ditetapkan, pertimbangan yang komprehensif dari segala sisi harus dipikirkan secara masak-masak.
Modal Dasar Kemampuan Membuat Keputusan
Pengetahuan dan wawasan seorang pemimpin tentang dasar filosofis pendidikan Ki Hajar Dewantara, nilai-nilai yang diperjuangkan seseorang, visi pendidikan yang dirumuskan, budaya positif di sekolah sangat penting untuk mendasari seseorang dalam mengambil keputusan. Selain itu yang tidak kalah penting dikuasai adalah tentang pembelajaran berdiferensiasi, kompetensi sosial emosional, dan kemampuan melakukan coaching baik kepada murid maupun sesama guru. Beberapa materi tulisan tersebut sudah saya tulis juga di Kompasiana.
Berbagai kompetensi tersebut dengan detail diajarkan dalam pendidikan guru penggerak. Tak heran jika pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memiliki harapan besar agar para alumni pendidikan guru penggerak ini bisa menjadi penggerak di sekolah, baik dalam perannya sebagai guru biasa maupun sebagai kepala sekolah.
Belajar tentang sesuatu yang baru selalu membuat penasaran. Demikian juga mempelajari konsep-konsep tentang paradigma pengambilan keputusan, prinsip dalam mengambil keputusan, dan langkah-langah pengambilan keputusan. Konsep ini bukan hanya baru bagi para peserta pendidikan guru penggerak, bahkan juga baru bagi para pemimpin sekolah yang sudah lama menjabat.
Namun demikian, meskipun para pemimpin sekolah tersebut belum mengetahui konsep pengambilan keputusan yang terdiri dari 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah ini, dalam praktiknya mereka sudah melaksanakan. Tentu pelaksanaannya tidak sempurna seperti dalam teori atu konsep baru tersebut. Namun, paling tidak ada hal-hal yang sudah dijalankan. Itu pula yang saya rasakan ketika berada di sekitar pemimpin sekolah. Dengan hadirnya konsep baru ini diharapkan dapat memompa semangat para pemimpin sekolah dalam melaksanakan tugasnya.
Selama ini, mungkin keterampilan dalam mengambil keputusan banyak diperoleh dari proses trial and error  dan sebagian yang dari bakat alam. Sehingga kehadiran konsep dan langkah sistematis yang meliputi sembilan langkah pengambilan keputusan dan pengujiannya itu termasuk hal yang baru dalam dunia pendidikan. Kita akan mengetahui efektivitas hasil dari transformasi dalam dunia pendidikan ini setelah lima atau sepuluh tahun ke depan. Apakah pendidikan guru penggerak ini membawa dampak atau tidak?
Mengingat pentingnya materi-materi dalam modul pendidikan guru penggerak ini, saya tergerak untuk turut serta menyebarluaskannya. Meskipun sebenarnya butuh waktu dan tempat yang banyak untuk bisa menyampaikan berbagai konsep baru itu. Namun paling tidak tulisan ini merupakan bentuk kontribusi yang bisa saya berikan. Semoga menjadi penasaran dan mencari lebih banyak sumber bacaan untuk melengkapinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H