Jika nilai capaian bagus, berarti proses pembelajarannya berhasil, gurunya berhasil, dan sebagainya. Mudahnya seperti itu. Meskipun banyak faktor lain yang juga turut berpengaruh. Kini, target apa yang bisa kita jadikan arah  atau penuntun untuk kita capai?
Dalam mata pelajaran bahasa Indonesia yang saya ampu, keterampilan berbahasa bisa kembali kita murnikan sebagai target capaian pembelajaran yang sesungguhnya.Â
Selama ini kita mungkin begitu terlena dengan capaian nilai angka hingga melupakan target pembelajaran bahasa Indonesia yang sesungguhnya, yaitu penguasaan keterampilan berbahasa.Â
Terlebih lagi, di dalam Kurikulum 2013, yang menekankan pembelajaran berbasis teks, sudah selayaknya jika pembelajaran kita fokuskan pada pencapaian keterampilan berbahasa, terutama yang ekspresif: menulis dan berbicara. Dua keterampilan itu yang bisa langsung dilihat hasil capaiannya, berupa tulisan dan keterampilan berbicara.
Hal ini bukan berarti dua keterampilan yang lain, mendengarkan dan membaca, kurang  penting. Di tengah maraknya gerakan literasi, membaca tak kalah mendapat perhatian.Â
Kegiatan tersebut merupakan salah satu fungsi utama bahasa Indonesia sebagai penghela ilmu pengetahuan di tengah era globalisasi ini. Dengan membaca wawasan kita bertambah. Dengan membaca ilmu kita berkembang.
Keterampilan mendengarkan juga penting karena dengan menguasai keterampilan tersebut anak didik kita tidak akan mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran-pelajaran yang lain.Â
Kalau saya lebih fokus pada keterampilan berbicara dan menulis, itu lebih karena minat atau ketertarikan secara pribadi. Semua keterampilan berbahasa itu penting  karena pada dasarnya, orang yang tidak pernah membaca dan tidak mau mendengarkan, ia tidak akan pernah bisa menulis dan berbicara.
Selama ini, dalam pembelajaran bahasa Indonesia, Bapak/Ibu guru sudah mengajari anak-anak untuk menulis. Akan tetapi, kebanyakan hasil tulisan para siswa itu hanya sampai di tangan guru dan berhenti atau dikembalikan dengan beberapa coretan disertai tanda tangan. Itu saja. Jika tulisan itu dibuat dalam bentuk soft file tentu akan lebih mudah beranjak ke level berikutnya dari sebuah tulisan, yaitu publikasi.Â
Dengan publikasi, tulisan itu akan dibaca banyak orang dan akan memperoleh apresiasi. Nah, ini dia target baru yang ingin saya terapkan kepada para peserta didik saya. Mereka harus mampu membuat tulisan dan mempublikasikannya.Â
Tidak perlu muluk-muluk, kalau mereka bisa mempublikasikan dalam sebuah blog, itu sudah capaian yang bagus. Tulisan itu akan ada selamanya di dunia maya dan siapa tahu bisa menginspirasi orang lain.