Mohon tunggu...
Blandinna Octaviany Aya
Blandinna Octaviany Aya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswi Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pemikiran Filsafat Schopenhauer Tentang Memahami Kehendak dan Representasi dalam Realitas Manusia

10 Januari 2024   12:04 Diperbarui: 10 Januari 2024   12:36 1462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Arthur Schopenhauer lahir pada tanggal 22 Februari 1788 di Danzig (sekarang Gdansk, Polandia) dari seorang saudagar makmur, Heinrich Floris Schopenhauer, dan istrinya yang jauh lebih muda, Johanna. 

Keluarganya pindah ke Hamburg ketika Schopenhauer berusia lima tahun, karena ayahnya, seorang pendukung pencerahan dan cita-cita republik, menganggap Danzig tidak cocok setelah aneksasi Prusia. Ayahnya ingin Arthur menjadi pedagang kosmopolitan seperti dirinya dan karenanya sering bepergian bersama Arthur di masa mudanya. 

Ayahnya juga mengatur agar Arthur tinggal bersama keluarga Prancis selama dua tahun ketika dia berusia sembilan tahun, yang membuat Arthur menjadi fasih berbahasa Prancis. 

Sejak usia dini, Arthur ingin mengejar kehidupan sebagai sarjana. Daripada memaksanya untuk menjalani kariernya sendiri, Heinrich menawarkan tawaran kepada Arthur: anak laki-laki itu bisa menemani orang tuanya berkeliling Eropa, setelah itu dia akan magang dengan seorang pedagang, atau dia bisa menghadiri gimnasium sebagai persiapan untuk masuk universitas. . 

Arthur memilih opsi pertama, dan kesaksiannya secara langsung dalam perjalanan ini mengenai penderitaan mendalam masyarakat miskin membantu membentuk pandangan filosofisnya yang pesimistis.

Salah satu konsep sentral dalam pemikiran Schopenhauer adalah ide bahwa kenyataan terbagi menjadi dua aspek: kehendak (Will) dan representasi (Representation). 

Kehendak adalah sumber dari segala fenomena, suatu kekuatan yang tak terbatas, tidak dapat dipahami sepenuhnya oleh akal manusia, dan menjadi dasar dari segala tindakan manusia. 

Kehendak Schopenhauer adalah sesuatu yang fundamental, mendasari segala bentuk kehidupan. Ini bukan hanya tentang dorongan manusia untuk memperoleh sesuatu, tetapi kekuatan yang menggerakkan segala sesuatu dalam alam semesta ini. Schopenhauer membandingkan konsep ini dengan konsep Brahman dalam filsafat Hindu atau dengan konsep Tao dalam Taoisme.

Representasi, di sisi lain, adalah cara di mana kita mempersepsikan dunia - segala sesuatu yang kita lihat, dengar, sentuh, dan pikirkan. Menurut Schopenhauer, representasi adalah bagaimana kehendak tersebut mengungkapkan dirinya kepada kita sebagai makhluk yang terbatas. Kita tidak dapat mengetahui kehendak itu sendiri, tetapi kita bisa melihat efeknya melalui representasi yang ada di dalam dan di sekitar kita.

Schopenhauer percaya bahwa kehendak adalah sumber penderitaan manusia karena keinginan yang tidak terbatas yang dimiliki manusia. Dia menyatakan bahwa keinginan yang tak terpuaskan akan selalu menyebabkan ketidakpuasan, penderitaan, dan kekecewaan. 

Menurutnya, pembebasan dari penderitaan ini dapat dicapai melalui penolakan akan keinginan atau kehendak tersebut. Dia menyarankan bahwa melalui kesadaran diri, meditasi, atau kebijaksanaan, seseorang dapat mencapai kedamaian dengan membebaskan diri dari dominasi kehendaknya sendiri. Selain itu, Schopenhauer juga mengembangkan pandangannya tentang seni. 

Baginya, seni memiliki peran penting dalam mengalihkan perhatian manusia dari penderitaan dunia nyata. Seni memberikan manusia kesempatan untuk melampaui kehendak dan masalah-masalah kehidupan, memberikan suatu bentuk kepuasan yang lebih tinggi dan jauh dari penderitaan.

Schopenhauer menjelaskan bahwa representasi bukanlah sesuatu yang terpisah dari kehendak. Sebaliknya, representasi adalah bagaimana kehendak ini muncul atau "merepresentasikan" dirinya dalam bentuk yang dapat dipahami oleh kita sebagai manusia yang terbatas. Ini sejalan dengan pandangan Schopenhauer bahwa kehendak adalah sumber dari segala fenomena yang kita alami. Menurutnya, kesadaran akan kehendak dan representasi ini penting karena membantu kita memahami alam semesta dan posisi kita di dalamnya. Kehendak dan representasi adalah cara untuk memahami dasar dari segala sesuatu yang ada, serta bagaimana kita sebagai manusia berhubungan dengan dunia di sekitar kita.

Pemikiran Schopenhauer memiliki pengaruh yang besar terhadap banyak filsuf dan seniman, terutama pada abad ke-19 dan seterusnya. Pemikiran Schopenhauer tentang kehendak dan representasi memiliki implikasi yang dalam terhadap cara kita memahami eksistensi kita sendiri, serta kaitannya dengan dunia di sekitar kita. 

Dia menyatakan bahwa kesadaran akan kehendak dapat menyebabkan penderitaan karena keinginan yang tidak terbatas, dan solusinya adalah dengan menolak kehendak atau keinginan ini. Pemikiran ini telah memberikan sumbangan yang signifikan dalam filsafat, psikologi, dan budaya, terutama dalam hal memahami sifat penderitaan manusia, keinginan tak terbatas, dan hubungan antara alam semesta dan manusia. Meskipun pandangannya terhadap penderitaan bisa dianggap pesimis, konsep kehendak dan representasi Schopenhauer tetap menjadi topik yang menarik dan menjadi dasar bagi berbagai pemikiran dalam filsafat modern.

Nama : Blandinna Octaviany Aya

NIM    : 1512300008

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun