Mohon tunggu...
Blandinna Octaviany Aya
Blandinna Octaviany Aya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswi Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perbedaan Praktik Pendidikan dalam Negeri dan Luar Negeri, Manakah yang Lebih Efektif?

2 Januari 2024   13:38 Diperbarui: 2 Januari 2024   13:44 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perbandingan sistem pendidikan antara Indonesia dan negara-negara lain telah menjadi fokus perhatian yang mendalam dalam upaya memahami perbedaan signifikan dalam metode, kurikulum, dan pendekatan pembelajaran. Dalam menelusuri jauh tentang perbedaan ini, kita dapat melihat bagaimana pendidikan menjadi pilar utama yang membentuk arah masa depan anak-anak. Dengan melihat perspektif pendidikan Indonesia dan perbandingannya dengan sistem pendidikan luar negeri, kita dapat menyingkap sejumlah perbedaan yang penting dalam hal metodologi, kurikulum, infrastruktur, serta dampaknya terhadap perkembangan individu dan masyarakat.

Indonesia memulai pendidikannya dengan pengenalan membaca, menulis, dan berhitung pada anak usia dini. Sedangkan di luar negeri, pendidikan usia dini lebih memfokuskan pada bermain dan interaksi yang bertujuan untuk mengeksplorasi lingkungannya. Selain itu, dari sisi lamanya waktu belajar, sekolah-sekolah di Indonesia umumnya menghabiskan waktu  2--4 jam per hari untuk sekolah dasar, 6--8 jam per hari untuk sekolah menengah. Jika dibandingkan dengan negara Finlandia, mereka menghabiskan waktu 3 jam dan 45 menit sehari untuk belajar.

Selanjutnya, dari sisi pembagian tugas, sekolah-sekolah di Indonesia sering kali memberikan beban tugas yang banyak kepada peserta didiknya. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan Finlandia, mereka dibebankan tugas dengan jumlah sedikit dan tidak terlalu rumit. Di Indonesia, kualifikasi peserta didik memasuki Pendidikan dasar minimal 6 tahun (5,5 tahun disertai rekomendasi tertulis dari psikolog profesional). Di Finlandia, kualifikasi peserta didik memasuki Pendidikan dasar minimal 7 tahun.

Penjabaran mengenai prinsip-prinsip Pendidikan di Indonesia tertuang dalam pasal 4 ayat 1 hingga 6. Dalam penelitian Ristianti (2019) menyebutkan bahwa pendidikan di Indonesia sedang berkembang dari era revolusi industri 4.0 menjadi social education 5.0 didalamnya mengisyaratkan agar penerapan Pendidikan harus dilakukan dengan demokratis serta berkeadilan dan tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, serta kemajemukan bangsa (Parker & Raihani, 2011). Selanjutnya UU SISDIKNAS pasal 5 ayat 1 mengamanatkan bahwa semua orang memiliki hak untuk mengenyam pendidikan yang berkualitas baik.

Amanah tersebut sepertinya sangat bertentangan dengan amanah undang undang SISDIKNAS pasal 5 ayat 2 hingga 4, yang menyatakan bahwa hanya warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, sosial atau tinggal didaerah terpencil atau terkebelakang, masyarakat adat yang terpencil, serta warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan (2003). 

Sistem pendidikan saat ini seolah-olah merupakan salah satu bentuk dari amanah pasal tersebut, dimana Lembaga Pendidikan nasional begitu antusias untuk melakukan kompetisi. Pemilahan siswa yang memiliki potensi dan kecerdasan diatas rata-rata dengan siswa yang yang memiliki potensi kecerdasan dibawah rata-rata menjadi salah satu bukti yang tersirat.

Menurut Menteri Pendidikan dan Sains Finlandia, Krista Kiuru, akademik itu bukan satu-satunya yang dibutuhkan anak. Mereka lebih dari itu. Sekolah seharusnya mengajarkan makna hidup sehingga anak bisa mempelajari apa yang dibutuhkan dan bisa belajar kemampuan berkomunitas.

Prinsip kompetisi atau persaingan tidak diterima di negara ini, pasalnya publik Finlandia berpegang teguh pada keyakinan prinsip keadilan (equity). Warga negara Finlandia menjunjung tinggi prinsip kesetaraan (equality) dan keadilan (equity) serta bertolak belakang atau tidak menyetujui pengelolaan sekolah berorientasi pasar atau kompetisi (Putra, 2015).

Berbeda dengan halnya di Jepang. Majunya pendidikan Jepang sangat dipengaruhi oleh metode dan prinsip pengajaran. Adapun metode mengajar ala Jepang yakni antara lain metode cobacoba, lesson study, keharusan membaca dan pembelajaran aktif. Metode coba coba adalah metode pembelajaran yang bersifat ilmiah, menggairahkan semangat belajar, penuh penemuan baru serta kepuasan berpikir sehingga tak heran jika siswa yang sebelumnya kurang suka menjadi sangat menggemarinya. Metode yang mengkaji pembelajaran melalui perencanaan dan observasi bersama yang bertujuan untuk memotivasi siswa agar aktif belajar mandiri. Metode ini disebut metode lesson study. Dalam proses lesson study ada beberapa tahapan yaitu perencanaan (planning), implementasi, pelaksanaan dan tahap refleksi. Metode selanjutnya yakni keharusan membaca. Metode berikutnya yakni pembelajaran aktif. Pembelajaran aktif adalah suatu proses dimana siswa diajak untuk aktif dalam mengakses beragam informasi dari berbagai sumber kemudian akan disampaikan di dalam kelas informasi yang didapat. Jepang juga memiliki prinsip dalam proses pembelajaran. Diantaranya disiplin yang tinggi, pendidikan dirancang untuk industri, pembelajaran kontekstual, budaya membaca yang kuat dan penjurusan sesuai bakat.

Jam sekolah di Jepang di mulai dari pukul 8.00-15.00, sedangkan di Indonesia mulai dari pukul 07.15- 15.15, di Indonesia lebih lama satu jam. Di Jepang, apabila siswa datang terlambat maka akan dimintakan surat perjanjian untuk tidak mengulanginya lagi, di Indonesia siswa diberi hukuman seperti berdiri di tiang bendera, menyabut rumput, dan lain-lain. Etika dan Kedisiplinan Murid atau siswa di Jepang baru mengikuti ujian mata pelajaran ketika sudah berada di grade empat atau setara dengan anak yang berumur 10 tahun, dikarenakan pada usia tiga tahun awal anak-anak diberikan pemahaman yang penting berkaitan dengan tataa cara berperilaku sehari-hari serta nilai sopan santun. Di Indonesia kedisiplinan masih harus ditingkatkan lagi begitu juga etika yang mengalami kemerosotan, bahkan di Indonesia sangat sulit bagi anak untuk mengantri ketika berbelanja. Bidang Studi Pelajaran yang ada di Sekolah Bidang studi yang dipelajari di sekolah yang ada di Jepang lebih sedikit dibanding dengan mata pelajaran yang ada di Indonesia, sehingga siswa bisa lebih focus ke mata pelajaran yang ia senangi. Di Indonesia siswa diharapkan bisa menguasai banyak mata pelajaran, hal itu membuat siswa merasa tertekan dan merasa jenuh di Sekolah. Di Indonesia anak anak lebih sering diajak untuk menghafal oleh guru yang ada di sekolah. Pendidikan di Indonesia masih mengandalkan teori-teori saja. Ketika pelajar menyelesaikan pendidikan, tidak ada banyak hal yang bisa mereka lakukan. Masih banyak sekolah yang jarang mengadakan praktikum atau membekali peserta didik dengan soft skill dan hard skill.

Dari penjelasan di atas kita dapat mengaitkan Praktik Pendidikan yang digunakan di beberapa negara dengan teori teori yang ada. Di negara Indonesia sendiri praktik pendidikannya menggunakan teori Perkembangan Moral Vygotsky, sama halnya dengan negara negara lainnya. Dimana proses pembelajaran ini menekankan adanya interaksi sosial dengan melibatkan komunitas orang belajar seperti sekolah, serta mempelajari moral moral yang berlaku di dalam kelompok sosial tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun