Hari kepergian Kael tiba. Gerald memeluk anaknya erat, menahan air mata. "Berjanjilah untuk hidup dengan baik, Kael. Dan jika kau punya kesempatan, kembalilah ke sini suatu hari nanti," katanya. Kael mengangguk dan berlayar meninggalkan pulau, meninggalkan kedua orang tuanya.
Waktu terus berlalu, dan Gerald yang kini sudah tua menghabiskan hari-harinya di pinggir pantai, menatap cakrawala yang jauh. Ia berharap suatu hari bisa melihat Kael kembali, tetapi tubuhnya mulai melemah. Rika, yang tak pernah berubah sejak pertama kali ia bertemu dengannya, selalu menemani Gerald. Ia tak pernah meninggalkannya, meskipun ia tahu waktu Gerald di dunia ini tidak lama lagi.
Pada suatu pagi, dengan sinar matahari lembut yang menyelimuti pantai, Gerald mengembuskan napas terakhirnya di pelukan Rika. Dengan air mata yang mengalir di pipinya, Rika menggali makam sederhana di dekat pohon bambu tempat mereka biasa duduk bersama. Ia menuliskan nama Gerald di batu sebagai tanda cinta yang abadi.
Setelah itu, Rika berdiri di tepi pantai. Tubuhnya perlahan berubah kembali menjadi seekor penyu merah yang anggun, seperti takdir yang menunggunya sejak awal. Dengan tenang, ia melangkah menuju laut, meninggalkan pulau itu untuk kembali ke habitatnya. Di bawah sinar matahari senja, penyu merah itu menghilang di dalam ombak, membawa kenangan tentang cinta, kesetiaan, dan kehidupan yang telah ia jalani bersama Gerald.
Kael, yang berlayar jauh ke negeri seberang, sering kali bermimpi tentang pulau tempat ia dibesarkan. Suatu hari, ia bersumpah akan kembali ke sana, untuk mengenang ayah dan ibunya, serta pulau kecil yang menjadi saksi kisah indah keluarga mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H