Nafsu pada manusia tumbuh lebih dulu dari pada akal. Itulah kenapa sewaktu kamu masih kecil bisanya cuma merengek-rengek waktu ngeliat tukang balon. Bila perlu nangis sambil guling-gulingan di lantai, setelah dapet baru berhenti nangisnya.
Itu pun kalo dibeliin. Kalo enggak?
Mungkin kamu kena selepet, kena cubit, kena jewer atau saking keselnya bokap ama nyokap karena nggak punya duit, kamu malah dikeplok pake sendal jepit.
Setelah usia belasan dan tumbuh bulu ketek. Kamu baru bisa menggunakan akal dan pikiran untuk mendapatkan apa yang kamu inginkan.
Bantu nyokap nyuci piring kek, bersih-bersih rumah kek, atau pas bokap pulang dari kantor kamu bisa cari muka dengan cara bikinin kopi. Setelah itu baru mengutarakan maksud hati.
"Pa, bagi duit dong!"
Pasti kamu langsung dikasih tanpa perlu merengek-rengek atau nangis sampe jengking. Intinya dengan akal dan pikiran kamu bisa mendapatkan sesuatu dengan cara yang wajar, yaitu berusaha dan bekerja.
Lalu bagaimana dengan Ibu Marwah Daud Ibrahim?
Membaca riwayat pendidikan dan prestasinya, Aku jadi nggak ku-ku untuk menonjolkan diri di hadapannya. Tapi sebagai makhluk yang sama-sama memiliki nafsu, serta dikaruniai akal dan pikiran, kagak ada salahnya aku ngasih sedikit ulasan.
Begini.....
Berdasarkan akal dan nafsunya manusia dibagi menjadi tiga golongan.
Pertama
Manusia yang cenderung menuruti keinginan hawa nafsunya semata. Sehingga nafsu akan memegang kendali penuh terhadap akalnya, bahkan aturan agama dan negara pun dilawannya bila tidak sesuai dengan kriteria nafsunya.
Secara umum, nafsu ini akan membawa manusia pada perbuatan negatif karena dominasinya terhadap akal. Sehingga orang yang masuk kategori ini cenderung tidak akan memiliki rasa bersalah.
Kedua,
Manusia yang kadang bertindak berdasarkan akal pada suatu kesempatan dan bertindak berdasarkan nafsu pada kesempatan lainnya.
Ketika melakukan perbuatan jahat, ada perasaan bersalah yang menghinggapi dirinya dan timbul hasrat untuk memohon ampunan. Tapi di waktu yang lain, ia akan mengulangi kembali perbuatan jahatnya.
Ketiga,
Manusia yang memiliki kecenderungan untuk selalu berbuat baik di setiap kesempatan. Ini adalah kondisi ideal manusia, dimana akal mampu mengendalikan nafsu dan membawanya kepada hal-hal yang positif sesuai dengan peraturan agama dan negara.
"Maaf, ya! Gue cuma ngingetin, bukan ngajarin..."
Sebagai makhluk yang sempurna. Pergunakanlah akal sehat dan jangan lupa arah Kiblat.
Salam Lemper.
Karena apa yang dilakukan oleh Kanjeng Dimas Taat Pribadi, Pak Tarno juga bisa.
Enggak percaya?
Duduk yang manis dan buka mata.
"Tolong dibantu, yah... tolong dibantu yah...! Sim sa la bim, jadi apa. Prok..prok...prok...! Jadi apa, hayoooo...?"
JS. 11/10/2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H