Sekarang jaman modern, tapi kenapa elu masih menerapkan pola pikir yang lama dan mau dipecah belah? Contoh: Piring dan gelas. Kalau sudah pecah dan terbelah, meski disambung dan direkatkan kembali, bentuknya nggak bakalan kayak semula.
Begitu juga dengan kearifan budaya lokal, kerukunan hidup antar umat beragama, serta kemajemukan suku dan bahasa yang ada di negeri kita.
Kenapa mesti terpecah belah oleh syahwat suatu kelompok politik yang hanya memberikan kehidupan layak buat kelompoknya aja? Selanjutnya setelah tujuannya tercapai akan menjadi duri dalam daging, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
"Ente mau balik lagi ke jaman Belanda?"
Dengan politik 'Devide et Impera' nya, berhasil memporak-porandakan dan memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.
"Lalu...apa yang udah elu dapet?"
Penindasan dan penjajahan selama berabad-abad lamanya. Lalu kita seenaknya aja teriak, Merdeka! Merdeka! Merdeka!.Tanpa ngerasain pedih dan menderitanya Nenek lu, dijajah.
Kita emang udah lepas dari belenggu penjajahan dan penindasan. Tapi kita belum lepas dari kebodohan dan kemunduran.
Kenapa bodoh? Karena kita mau dipecah belah oleh kepentingan politik sesaat. Pilkada contohnya!
Kenapa mundur? Karena kita masih gampang emosi dan terlalu berpikiran pendek, sehingga gampang memakan isu yang tersebar di media sosial tanpa dicerna terlebih dahulu kebenarannya.
Siapa yang untung? Sudah pasti 'tukang gorengan'. Karena tukang gorengan ini akan menggoreng isu tersebut dengan minyak panas, dimakan elu pada, terus dimuntahin kemana-mana!
Sekarang silahkan berpikir dan mencermati tiap pasangan yang akan bertarung di Pilkada DKI.
Amati,
Anies dan Sandi
Agus dan Sylvi
Ahok dan Djarot
Cermati,
"Bapak, Ibu, kalau ada yang lebih bagus dari Ahok. Jangan pilih Ahok!"
Gitu aja kok ribet.
"Ada nggak, yah?"
Mikir!
JS: 10/10/2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H