Kami terus berjumpa walau hanya berkirim kata, tanpa berniat saling bertemu dan tidak berniat ingin bertemu. Suatu ketika aku ingin melupakannya, dan diapun sadar untuk melupakanku, tapi beriring berjalannya waktu aku dan dia tidak bisa saling melupakan, selang beberapa hari terpisahnya jarak tidak membiarkan Aku dan dia untuk terbuai dengan rajutan kata tanpa tahu raga. Wajah cantik dengan rambut hitam lurusl melebihi bahunya selalu meronakan senyum menghantar lagu rindu untuk ingin selalu Aku menyapanya.
Sobat,
hari berganti minggu, minggu berganti bulan dan bulan pun berganti musim, Aku dan dia masih saling bertemu dalam kata-kata, hingga sebuah pertanyaan terlontar “apakah kamu mencintaiku ?”, sejak itu kebimbangan mulai terbuka, ada rasa rindu yang tak terpungkiri, dan ada rasa yang terus berkecamuk dalam dada akan arti sebuah cinta dan persahabatan. Kata-kata itu membuatku beku, nadiku berhenti berdenyut, dan Aku tak tahu harus berkata apa.
Waktu terus berlalu mengiringi awan yang terus berarak, memanyungi Aku dan dia dari teriknya mentari, di malam hari bulanpun terus tersenyum melihat bintang selalu berkedip saat sang bintang tahu kata demi kata antara aku dan dia mengalir bagai lautan asmara, selalu ada rasa rindu, rasa cinta, terus menyatu dalam canda, tawa dan kegalauan antara pengkhianatan sebuah persahabatan. Hatipun makin berkecamuk saat tidak ada pilihan kata, dikala harus menjawab sebuah tanya kedua darinya “apakah kamu takut jatuh cinta yang sebenarnya ? ” dan terlontarlah kata “ya…”, sebuah kata yang sulit terucap dan tak pantas diucapkan dalam bingkai kata sahabat.saat di kembali memintaku untuk mencari wanita didunia nyata,aku jawab tidak "karna aku telah nyaman & sayang dia" sebuah jawaban yg konyol karna kita tidak pernah bertatap muka
Waktu masih terus berlalu, bulan masih menari dengan sang bintang-bintang, matahari masih ceria dengan kilau sinarnya, dan kami masih menjalin cerita dengan kata-kata, makin saling terbuka, makin saling bisa menerima. Hingga suatu ketika Aku harus terjaga dari buaian mimpi ini, karena Aku dan dia berbeda keyakinan yg tak mungkin bisa bersatu di dunia nyata dan hanya bisa berhubungan di dunia maya mungkin untuk selamanya. Akhir kata sobat, semua harus diakhiri agar kami tidak saling menyakiti atau disakiti.
Suatu ketika , setahun yang lalu , dalam keheningan malam disaat Aku dan dia hanya berdua, di saat itu jalinan ini disepakati untuk diakhiri,hati ini berontak..aku caci maki dia begitupun dia mencaci maki aku.betapa bodohnya aku telah menyakiti hati dan perasaan sahabatku dengan kata-kata ku.hancur sudah persahabatan atau cinta yg telah terjalin,dia sudah tak nyaman lagi denganku setelah aku tidak memberikan kenyamanan seperti yg dulu. Kepedihan dan sesalpun mulai menghantuiku berbalut rindu yang tak akan terobati, karena sejak itu semua ceria dan senyum tawa hilang seiring dia menghilang bagai ditelan bumi.
Sobatku, benar katamu, cinta itu bukan hanya kata dan perasaan, walau jiwa kami hanya bertemu dalam dunia yang tidak nyata, namun hati ini seolah mencari hatinya, hingga ada sebuah tanya "Apakah aku mengkhianati hatiku ?, atau dia diam-diam mengkhianati hatinya ?", benar katamu sobat , cinta bukan hanya kata dan perasaan.
Sobat,
Saat ini rasa sesal dalam balutan rindu akan menjadi hari-hariku, biarlah semua berjalan bagai waktu, demi menjaga rasa cinta pada orang-orang yang aku kasihi, agar mereka tidak ada hati yang tersakiti.
Salam
sahabatmu,