Pendidikan formal tidak bisa diabaikan bagi atlet di Indonesia, terutama untuk bekal mencari penghidupan jika masa keemasan atlet sudah lewat. Sudah banyak kasus atlet yang berprestasi gemilang mengharumkan nama Indonesia di kancah Internasional, kemudian harus berjuang secara mengenaskan di masa purnanya untuk menafkahi dirinya sendiri.
Negara tidak hadir memperbaiki taraf hidup atlet di masa purnanya. Seperti habis manis sepah dibuang. Sementara jika di beberapa mancanegara, para atlet professional bisa menggantungkan hidupnya 100% kepada olah raga yang digelutinya. Oleh karena itu banyak para orang tua juga membebani para atlet remaja itu dengan keharusan memberikan prestasi pada palajaran di sekolah formal.
Sementara itu permasalahan aliran dana, yang menyelimuti hampir setiap cabang olahraga, hampir tidak pernah dibicarakan secara terbuka antara atlet dengan pengurus cabang olahraganya. Sehingga persoalan aliran dana ini bagaikan gunung es lain yang tidak terlalu kasat mata tapi sangat mempengaruhi prestasi atlet dan cabang olah raga.
DKI sudah dikenal sebagai daerah yang royal terhadap para atlet. Apakah ini berarti pengelolaan dana lebih terbuka di DKI dibanding daerah lain atau orang-orang yang tidak berkepentingan sudah dibatasi? Walahualam Bisowab. Yang jelas kita mengharapkan semua daerah makin terbuka dengan pengelolaan dana pembinaan atlet.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besar kepada klub Vini Vidi Vici, Kakak-kakak Pelatih, Official, Dinas Olahraga DKI beserta seluruh jajarannya, KONI dan lain-lain pihak yang tidak bisa disebut satu persatu.
Hidup Olah Raga Indonesia. Selamat Hari Olah Raga Nasional
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI