Pada hari Minggu (09/07/2023) UPT Pendidikan Profesi Guru (PPG) Universitas Negeri Malang (UM) melaksanakan Diklat Wawasan Kebhinekaan Global bagi mahasiswa PPG Dalam Jabatan (Daljab) pada jurusan Bimbingan Konseling (BK). Penulis merupakan salah satu mahasiswa di kelas 002 PPG Daljab Kemdikbud Tahun 2023.
Diklat ini dilaksanakan mulai jam 07.30 sampai 18.00 dengan moda dalam jaringan (daring) atau online, menghadirkan dua fasilitator dosen BK UM, yaitu ibu Ella Faridati Zen, M. Pd. dan ibu Irene Maya Simon, M. Pd., dengan Helpdesk Dr. Zamroni, S. Psi. M. Pd. Peserta berjumlah 30 mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah Indonesia, yang sama-sama sedang melaksanakan PPG Daljab.
Sebelum melaksanakan Diklat, peserta diminta mengisi pre-test yang berisi 11 pertanyaan mengenai berbagai masalah yang berkaitan dengan kondisi keberagaman di sekitar, dan selanjutnya difasilitasi oleh Helpdesk untuk mesuk ke dalan Google Meet dan memulai kegiatan Diklat.
Terdapat lima topik yang dibahas dalam kegiatan ini, yaitu Topik 1 tentang "Dunia yang Berwarna", Topik 2 "Indonesia yang Harmoni", Topik 3 yaitu "Damai dimulai dari Diri", Topik 4 mengenai "Sekolahku Bhinneka" dan yang terakhir topik 5 "Sekolahku yang Damai". Pada topik 1 sampai 3, disampaikan oleh ibu Ella Faridati Zen dengan menyenangkan. Peserta diajak bernalar kritis melalui beberapa pertanyaan pemantik yang menggugah kesadaran tentang adanya perbedaan dan segala implikasinya, Memahami apa makna toleransi dan bagaimana cara mempraktikkannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, serta mengerti konsep identitas diri, sambil berpraktik mengidentifikasi identitas diri.
Peserta juga diajak mengagumi potensi Indonesia, yaitu dengan bermain game online untuk memahami secara konkrit hadirnya perbedaan budaya melaui game "Dunia Suku". Peserta juga kembali diajak kagum tentang begitu uniknya Indonesia, hanya dari satu kuliner, yaitu soto. Kuliner yang memiliki berbagai macam cara penyajian, namun justru menunjukkan kekayaan keberagaman nusantara. Berbeda-beda, tetapi tetap Soto Jua, begitulah bunyi semboyannya.
Pada topik 3, setelah melaksanakan ishoma, peserta dipandu oleh ibu Irene Maya Simon melakukan aplikasi tindakan konkrit berupa berterima kasih kepada diri sendiri. Sebuah sesi yang mengharukan, hingga tak sedikit peserta yang menangis dalam pelaksanaannya. Ibu Maya kemudian mengajak peserta bermain peran. Permainan ini bertujuan untuk secara nyata memahami tantangan yang akan dihadapi peserta dalam mewujudkan toleransi di sekolah masing-masing. Antusiasme peserta mengalahkan lelah dalam pelaksanaan Diklat ini.
Terbukti seluruh peserta mampu menghayati peran yang diberikan dan membawakannya dengan keunikan masing-masing. Pada topik terakhir peserta kembali diajak bermain, kali ini permainan kartu yang memberikan gambaran bagaimana meningkatkan kapasitas sekolah dan mengurangi kerentanan yang mungkin muncul, dengan demikian risiko yang dihadapi sekolah dalam melakukan praktik kebhinekaan global menjadi lebih kecil.
Seluruh permainan pada Diklat ini diusung oleh Peace Generation Games. Sebuah website yang berisi berbagai permainan online edukasi, yang secara sederhana namun sangat membantu memberikan pemahaman nyata tentang praktik penyampaian Wawasan Kebhinnekaan Global.
Pada akhir Diklat, seluruh peserta bersama fasilitator melakukan refleksi dan perencanaan, mengenai bagaimana tiap peserta akan melakukan implementasi hasil diklat yang diperoleh secara nyata di sekolah masing-masing. Mari kita berharap, Diklat ini mampu menjadi pijakan kokoh agar Indonesia mampu membangun generasi mendatang yang menghargai perbedaan dan menciptakan pendidikan yang mengayomi seluruh warga masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H