Kondisi sebagian wilayah Indonesia yang mengalami kemarau cukup panjang, suhu yang relatif tinggi, membuat sebagian wilayah Indonesia mengalami kekeringan. Akibatnya petani mengalami kendala pengairan dalam bercocok tanam. Akibatnya, tanaman tidak subur, tumbuhnya kerdil, bahkan sebagian tanaman terlihat mulai  mengering dan akan mati. Terutama tanaman pangan seperti padi, jagung, kacang, capai dan sebagainya.Â
A. Beberapa Jenis Tanaman LokalÂ
     Ada jenis tanaman pangan yang agak bertahan di musim panas, yakni tanaman umbi-umbian, seperti ubi jalar, ketela pohon, talas darat, uwi, gadung. Juga tanaman buah seperti mangga, rambutan, pisang, manggis. Untuk tanaman umbi-umbian, butuh waktu sekitar tiga bulan untuk bisa memanen hasil. Untuk buah juga sekitar itu untuk masa sejak berbunga hingga siap panen.Â
B. Pengolahan Pangan Lokal
     Pengolahan pangan lokal bisa dikategorikan menjadi dua cara,  yakni secara tradisional dan secara modern. Secara tradisional,  jenis umbi-umbian  biasanya direbus atau dikukus atau digoreng kemudian disantab. Ada juga sebagian warga kampung yang membenamnya di abu panas atau membakarnya hingga matang.  Ada juga yang membuat tape singkong. Sedang secara modern, ada yang membuat pangan lokal dibuat menjadi  kue bolu, kue kering, keripik, isi bakpia, dan sebagainya.  Pengolahan secara modern menambah nilai jual pangan lokal.
C. Hasil Olahan umbi-umbian di daerah Kulon Progo Yogyakarta.
    Kulon Progo termasuk wilayah yang memiliki pegunungan cukup luas. Tanaman pangan utama yang banyak dihasilkan petani di wilayah pegunungan Kulon Progo adalah umbi-umbian terutama ketela pohon, ketela rambat, serta talas darat. Ketiga jenis umbi ini banyak dijumpai di wilayah pegunungan dan sebagian wilayah dataran rendah. Jika dulu ketela pohon hanya dibikin ketela rebus, ketela goreng biasa, atau dibuat geblek dan growol (makanan tradisional kulon Progo). Jika dijual harganya murah.
     Biasanya hanya di desa mulai diberikan pelatihan-pelatihan olahan pangan. Mendatangkan ahli pembuatan kue. Sehingga warga masyarakat desa mulai berinovasi serta kreatif. Ketela dibuat keripik telo, selondok putih , kue basah warna warni dan bolu ketela, dan lain sebagainya. Ada juga yang tetap digoreng namun diberi toping berbagai varian, entah keju atau coklat. Harga jualnya punlebih tinggi. Pangsa pasarnya juga lebih luas. Maka pangan lokal bisa jadi alternatif pengganti beras. Karena rasanya juga lebih nikmat dan lezat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H