Mohon tunggu...
Bi yani
Bi yani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD Muhammadiyah Sendangtirta Berbah Sleman Yogyakarta

Saya lahir di Kulon Progo pada tanggal 1971. Pendidikan saya mengenyam pendidikan, SD dan SMP di Kecamatan Samigaluh kabupaten Kulon Progo. SMA di SMAN 4 Bhe Yogyakarta. Kuliah S1 di Fakultas Dakwah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta lulus tahun 1997. Pendidikan terakhir saya S2 UIN sunan Kalijaga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Antara Ayahku, TV Digital, dan Gaptek

3 November 2022   09:40 Diperbarui: 3 November 2022   09:44 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin hadirnya televisi digital tidaklah menimbulkan masalah bagi sebagian masyarakat Indonesia. Toh bisa langsung beli televisi baru. Atau jika ingin lebih menekan dana, cukup membeli set top box, maka setelah dipasang , kita sudah bisa menikmati tampilan warna lebih ok di layar televisi kita.

     Namun hal itu tidak berlaku bagi sebagian kecil masyarakat Indonesia. Sebagian kecil dari masyarakat Indonesia adalah golongan lanjut usia, yang tinggal di desa, entah itu desa sudah maju atau desa masih terbelakang. Salah satunya adalah ayah saya.

      Ayah saya tinggal di sebuah dusun di  wilayah puncak  bukit Menoreh. Pekerjaannya sebagai petani. Beliau sudah lanjut usia. Di sela-sela pekerjaannya, bila istirahat atau bila sedang pulang untuk makan, beliau memiliki kebiasaan  sambil menonton televisi. Meski ada remote, beliau tidak menggunakannya. Beliau selalu nekan tombol power di pesawat televisi. Nah inilah yang jadi masalah ketika televisi ayah akan dipasangi set top box. Kan, televisi digital harus menggunakan remote control. 

       Saya pun membayangkan nasib ayah. Bila nanti saya pasang set top box apakah ayah akan bisa menghidupkan televisi. Mengingat selama ini tidak pernah menggunakan remote control. Apa bilau tidak akan kesulitan. Karena ada dua remote yang harus digunakan. Bila mau menghidupkan atau mematikan serta mengatur volume pakai remote tv tabung. Tapi bila mau ganti Chanel harus menggunakan remote set top box. 

       Padahal bila salah mematikan televisi menggunakan remote set top box, saat menghidupkan tv kembali, televisi tidak memunculkan siaran televisinya.  

     Begitulah kekhawatiran saya, hal yang mungkin akan dialami ayah saya ketika pesawat televisinya kami pasangi set top box

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun