Seorang gadis kecil ada di depan kelas, dekat pintu. Badannya semampai, kulitnya putih terbalut seragam warna krem. Bibirnya nampak pecah- pecah. Rasa kasihan muncul di benak hatiku. Pasti sakit rasanya, begitu otakku berkata.
Semenjak itu aku tak begitu memperhatikan dirinya. Hingga suatu hari, saat ada seleksi lomba olimpiade, saya bertemu dengannya. Who, ternyata siswa yang kulihat di depan kelas saat kecil itu, siswa terpandai di kelasnya. Saya tidak pernah menyangka.Â
Saat seleksi selesai, dia terpilih sebagai calon peserta olimpiade  sains maju tingkat kecamatan. Teman sekelasnya bernama Vivi juga mewakili olimpiade matematika maju tingkat kecamatan. arena saya yang bertugas menjadi pembina olimpiade, maka saya yang membina kedua anak tersebut.
Keduanya sama-sama rajin dan menguasai bidang masing-masing sela dalam pembinaan. Hujan deras pun mereka datang ke pembinaan.Â
Hal yang membuatku terperanjat, ternyata kedua anak itu sama-sama siswa dengan latar belakang ekonomi kurang mampu. Ibunya Latifah selalu mengantarkan dengan bersepeda, sedang Vivi pun berangkat nyepeda sendiri.
Wah, semangat anak dan orang tuanya sama-sama hebat. Anaknya semangat dalam mengikuti pembinaan. Orang tua semangat dalam mengantar putrinya. Bahkan saat hujan deras pun mereka tetap datang. Luar biasa.
Olimpiade pun terlaksana, dengan hasil yang tidak mengkhianati usaha mereka. Keduanya juara satu tingkat kecamatan. Saya bangga dan salut terhadap keduanya. Saya ucapkan selamat untuk kedua nya maupun kedua orang tuanya. Reward untuk keduanya kami berikan, sebagai bentuk rasa terimakasih kami.Â
Untuk persiapan maju Kabupaten, mereka mengikuti serangkaian pembinaan lagi. Keduanya terus bersemangat mengikuti pembinaan. Saat tiba maju seleksi olimpiade tingkat kabupaten,langkah kami terhenti. Meski belum berhasil, kami pihak sekolah tetap berterima kasih kepada keduanya. Dan tetap memberikan semangat, mungkin lain waktu mereka akan berhasil.
Saat mereka duduk di kelas 6, Kedua anak itu bertemu saya lagi. Kebetulan saya saat itu masih dipercaya memegang tugas sebagai guru kelas 6. Lagi-lagi kedua anak itu menunjukkan semangat luar biasa.Â
Nilai mereka pun bagus. Bahkan Latifah masuk peringkat 50 besar tingkat Kabupaten. Alhamdulillah. Hadiah terbaik bagi kami. Setelah lulus, Latifah dan Vivi masuk SMP favorit mereka.Â
Setelah lulus saya tidak pernah bertemu keduanya. Namun ibunya Latifah senantiasa menemui saya dengan membawa cerita dan kabar bahagia. Menurut cerita ibunya, Latifah berhasil menjuarai olimpiade IPS tingkat Kabupaten dan maju tingkat propinsi.