Para pengusaha tahu tempe melakukan mogok produksi selama tiga hari karena harga kedelai naik. Harga kedelai di Indonesia  naik  adalah dampak dari naiknyaharga  kedelai di tingkat Internasional. Mengapa negeri kita yang subur ikut terdampak naiknya harga kedelai Internasional, karena para pengusaha tahu tempe Indonesia lebih memilih kedelai impor. Harga kedelai impor lebih murah daripada harga kedelai dalam negeri. Selain harganya yang lebih murah, kualitas kedelainya juga lebih besar dan bagus.Â
Lain halnya dengan kedelai hasil panen lokal atau dalam negeri. Menurut berita yang ada, harganya mahal. Kualitas kedelainya pun tidak sebagus kedelai luar.  Hal ini diakibatkan oleh kondisi iklim Indonesia kurang cocok untuk tanaman kedelai. Menurut penelitian, kedelai lebih cocok ditanam di daerah subtropis.  Bila ditanam di daerah tropis, curah hujan yang tinggi menyebabkan tanah  terlalu banyak mengandung air. Tanaman menjadi kurang bagus sehingga berpengaruh pada hasil panennya.  Jika di luar negeri perhektar bisa 15 -18 ton, maka panen kedelai Indonesia hanya 6-7 ton/ha. Produksi yang rendah itu menyebabkan Indonesia harus impor kedelai. Karena mengimpor kedelai, maka produksi kedelai Indonesia kalah bersaing dengan kedelai impor.
Karena para pengusaha tahu tempe  Indonesia juga bergantung pada kedelai impor, ketika harga kedelai di tingkat Internasional  naik, para pengusaha tahu-tempe menjerit.  Melakukan protes dengan mogok produksi.Â
Dari kondisi langkanya tahu tempe dalam beberapa hari terakhir ini, mungkin pemerintah seharusnya mulai memikirkan, bagaimana caranya Indonesia bisa swasembada kedelai. Mungkin ahli pertanian dan dinas pertanian harus berusaha menemukan pola menanam kedelai yang mungkin diterapkan di Indonesia agar bisa menghasilkan hasil yang kualitasnya baik, dan harganya bisa bersaing dengan harga kedelai impor. Juga penemuan bibit kedelai yang berkualitas.