Mohon tunggu...
Biyanca Kenlim
Biyanca Kenlim Mohon Tunggu... Pekerja Mıgran Indonesia - Yo mung ngene iki

No matter how small it is, always wants to be useful to others. Simple woman but like no others. Wanita rumahan, tidak berpendidikan, hanya belajar dari teman, alam dan kebaikan Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Karena Kompasiana, Bertemu Sosok Cerdas Sederhana

1 Agustus 2016   11:35 Diperbarui: 1 Agustus 2016   11:43 655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Foto fb Monica"][/caption]

Sewaktu Saya masih berada di Indonesia, dua minggu yang lalu, Saya mendapatkan pesan dari seseorang di Chat messenger. Mengenalkan diri bernama Mira, berasal dari Bandung seorang mahasiswa yang sedang melanjutkan studi S2 di Univ of Sussex Inggris, sedang berada di Hong Kong, meminta waktu untuk wawancara terkait tugas kampus nya tentang komunikasi jarak jauh bagi Buruh Migran Indonesia (BMI) dan Saya menyetujui nya.

Sebenarnya ini hal yang biasa, karena bagi yang sedang menempuh pendidikan tentang migrasi, saat tugas lapangan mereka akan mencari data , info dan hal hal lain yang berhubungan dengan itu, dan BMI adalah sasaran yang tepat untuk menjadi bagian tugas mereka sebagai obyek narasumber. Selain juga pihak pihak terkait lainya seperti LSM, Pemerintah.

Setelah Saya sampai Hong Kong, hari Sabtu 16 July malam .  Mbak Mira kembali konfirmasi kapan ada waktu untuk bertemu, karena dia berada di HK sampai tanggal 30 July sebelum kembali ke Inggris. Dan dia setuju ketika saya siap bertemu keesokan harinya, Minggu 17 July di district Sai Wan Ho.

Di saat yang sama, Sabtu malam minggu ada pesan masuk dari chat messenger. Mengucapkan salam, say hello , memperkenalkan diri dengan nama komplit, yang sekilas Saya baca Ratna, komplit nya Lay Monica Ratna Dewi,  dari Universitas Gadjah Mada (UGM) , sedang berada di Hong Kong, dalam rangka Sumner school.

Saya pikir antara Mira dan Ratna itu satu orang, ketika Saya konfirmasi  itu, Ratna membantah hal tersebut, mereka beda orang, dia mengatakan jika sebelumnya belum pernah kenal Mbak Biyanca dan tidak ada janjian sebelumnya. Ide itu hadir mendadak saat di Hong Kong, Ratna teringat kompasianer Hong Kong yang sempat dia baca dan seketika terbersit ingin bertemu, begitu pengakuannya, yang jujur sempat membuat Saya merasa ge er, gara gara Kompasiana nih, ada yang nyari Saya hehehe..

Keesokan harinya, di salah satu sudut ruangan restoran cepat saji Fairwood, Saya dan Mbak Mira ngobrol dengan fokus topik tentang komunikasi jarak jauh bagi BMI beserta arti pernikahan. Entah karena Mbak Mira ini yang juga lulusan ilmu psikologi dari Universitas ternama di Bandung sebelum menempuh study S2 nya di UK, yang pandai membawa suasana begitu dalam, atau Saya yang baper, sempat membuat wawancara tersendat, hehe ..biasa iklan, lap ingus dulu, hihi maaf yah Mbak Mira, eh..pemirsa juga.

Akhirnya wawancara kelar juga, di tutup dengan , tradisi kekinian,..selpih duluu. Makasih Mbak Mira, pertemuanya, merchandise nya. Terimakasih pesan pesanya. Semoga sukses yah #smile

Minggu 24 July, Jadwal janjian saya dengan Mbak Monic. Jam 11 dia ngabari sudah sampai MTR Sai Wan Ho. Posisi Saya yang sedang menunggu di area taman Sai Wan Ho, segera bergerak menjemput di lokasi yang sudah ditentukan . "halloo ..Mbak Biyanca ?" Sapanya ramah. "Mbak, Monic?" balas aku sambil mengulurkan tangan, dan pelukan hangat sebagai ungkapan salam perjumpaan.

Segera Saya ajak bertemu teman teman lain yang sedang kumpul di taman, di mana dulu saya sempat kencan "Satu jam bersama Haji Lulung " itu.. hehe.

Saya memanggilnya Monic, tanpa 'Mbak' lagi, karna posturnya yang mungil, ramah, mudah akrab, masih sangat muda dan terkesan manja. Dan ternyata pantes manja karena menurut ceritanya, dia anak bungsu (walau tak semua bungsu itu identik dengan sifat manja). Dan manjanya Monic bukan manja kolokan,  nyatanya selama studi di Universitas Gadjah Mada (UGM) dia sangat mandiri, juga berprestasi .

Menurut cerita nya, untuk sekedar biaya hidup dalam sebulan, dia hanya menghabiskan dana lima ratus ribu rupiah. Sangat sederhana, jika di lihat  latar belakang dari keluarga mampu.

Sikap sederhana sangat nampak dari cara berpakaian yang jauh dari kesan glamour seorang mahasiswa dari Univ terkenal di Indonesia. Tata bahasa nya juga tidak terkesan menggurui atau muluk muluk, pun tidak terkesan ja'im. Membuat saya nyaman ngobrol lama denganya.

Ternyata dia K’ners juga, sudah jauh lebih dulu malah, dari tahun 2012, namun kemudian vacuum karena kesibukan tugas kuliah, setelah sempat menelurkan sebanyak 6 artikel keren.

Sosok gadis mungil ini kembali membuat aku terpana, dia yang termasuk tak suka banyak bercerita tentang kelebihan diri, ketika saya searching untuk melihat akun Kompasiana yang keluar justru nama Lai Monica dalam berbagai berita tentang keberhasilannya menaklukan ilmu akuntansi yang membawanya pergi ke luar negeri mewakili kampusnya. Dan ini rinciannya

"Korea Selatan: Waktu itu kompetisi kasus bisnis, mewakili UGM. Tau Pak Ony Jamhari? Beliau waktu itu organizer-nya. Hehe. Nama kompetisinya SolBridge Asian Thought Leaders International Case Competition.

Malaysia: Lomba mewakili Indonesia Deloitte Risk Intelligence Challenge Trophy.

Singapura: Waktu itu aku dapat beasiswa exchange dari Temasek Foundation. Aku kuliah satu semester di National University of Singapore.

kalau yang di Hong Kong ini aku dapat beasiswa dari The Fund for American Studies. Kuliah singkat 3 minggu tentang Political Philosophy dan Political Economy, terutama liberalisme dan kapitalisme. Terus belajar tentang peran pemerintah dan bisnis serta masyarakat sipil dalam menciptakan kesejahteraan, dst. Hahaha."

Begitu penuturan dari gadis berambut ikal dan berwajah oriental manis ini.

Dan yang lebih membuat kagum, walaupun secara fisik imut, mungil di antara rekan rekannya, dia adalah salah satu dari enam mahasiswa berprestasi di tingkat international , penerima beasiswa 600 pound sterling.  dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) jurusan Akuntansi .  Bahkan dari keenam temannya, IPK Monic paling tinggi Diantara mereka. Cerita lengkapnya ada disini.  

Oh iya, kesederhanaannya menimbulkan kejadian lucu. Ketika bertemu hari minggu itu , Monika mengenakan sandal jepit, santai . Sehabis makan di Islamic Center Canteen (ICC) Masjid Wanchai, saya ajak keliling area masjid untuk mengetahui kegiatan positif para BMI.

Saya ajak masuk ke ruangan kelas komputer dan bahasa inggris di mana pengajarnya juga tim dari bulletin Voice Of Migran (VoM). Masuk kedalam Saya melepaskan sepatu tak terkecuali sandal Monica. Tak berapa lama kami keluar ruangan , tidak ditemukan sandal Monica, alias raib. Kami sibuk mencari ke bagian tempat wudhu, dan membuat sedikit panik saya dan teman teman. Karena tamu saya kehilangan sesuatu.

Beberapa lama kami terus mencari namun tak kunjung ketemu... wkkwkwkw. Akhirnya atas persetujuan teman teman,saya  ambilkan salah satu sandal masjid yang biasa di pakai buat wudhu untuk di pakai Monica pulang. Jadi yang awalnya Monika menggunakan sandal jepit warna abu abu, kini berubah jadi sandal slop plastik warna hijau , wkwkwkwkwk..maaf yah Non.

Hari Sabtu tanggal 30 kami sudah janji untuk bertemu, sekali lagi mau saya ajak ngopi dan maksi di Cafe de Coral yang baru di buka kembali setelah tutup karena di pugar beberapa waktu lalu . Juga sudah saya siapkan sedikit oleh oleh jajanan khas Hong Kong. Ternyata kenyataan tak sesuai rencana, karena Monica ada acara bersama teman kampus nya sampai jam 2 siang, sedangkan jadwal di tiket penerbangan tertera pukul 6 sore. Jarak dari ujung ke ujung sepertinya tidak memungkinkan kami bertemu untuk say bye bye. Dan semalam sudah ngasih kabar sampai Indo dengan selamat. Sedang tadi pagi Mbak Mira ngabari baru transit Abu Dhabi.

Terimakasih Mbak Mira, Terimakasih Mbak Monica, kecerdasan kalian, kesederhanaan kalian semoga menginspirasi anak anak remaja yang lain. Bahwa dengan semangat belajar yang tinggi, bersungguh sungguh, jalan dan kesempatan baik itu akan terbuka lebar di depanmu. Tekuni , asah terus apa yang menjadi passion mu, tak ada ilmu yang sia sia. Buktinya atas keuletan mereka berdua, mereka mendapatkan beasiswa full selama mereka menjadi mahasiswa di Indonesia sampai ke luar negeri. Begitu pesan tersirat yang hampir sama disampaikan oleh kedua nya.

Sekali lagi terimakasih untuk pertemuan , silaturahmi nya Mbak Mira si mojang Bandung dan Monica Ratna dari Solo, kota Pak Jokowi.

Salam sukses untuk kalian berdua.

[caption caption="Foto dokpri "]

[/caption] Ini kenangan yang tanpa sengaja bisa kumpul bersama, saat saya dan Mecca di wawancara oleh mahasiswa lain dari UK juga. Akhirnya sebagai kenangan, narsis bareng . 

 

Biken 01/08/16 SW-HK

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun