"Iya , Abi!"
"Kasihan Mang Hadi, Abi tau gak, dia punya dua anak kecil yang harus  di kasih makan , Abi, sebenarnya dia bisa jalan dengan alat bantu, tapi dia gak punya uang untuk membelinya" wajahnya memandang kami dengan raut memelas.
"Kalau dia punya kruk, dia tidak perlu bayar ojek, juga tidak perlu merepotkan orang untuk membantu angkat Mang Hadi naik keatas motor, Abi, dan kata Mang Hadi, dia akan bekerja memilah sayur atau menjadi penjaga WC umum yang dipasar Abi!" lanjut Adinda serius, ucapanya begitu mengalir lancar bak orang dewasa.
Abi memandangku seakan minta persetujuan. Ku alihkan pandanganku pada Bapak mertua, karena rencanaku kruk itu saya simpan , siapa tahu nanti. Bapak mertua,memerlukan.
Kruk dan kursi roda itu dulu Aku beli untuk di pakai Ibu mertua yang terkena serangan struck . Sebelum meninggal sebulan yang lalu.
Adinda memang tahu lebih banyak tentang Mang Hadi, kadang saat aku tinggal masuk kedalam pasar, Adinda memilih duduk menemani Mang Hadi , dan mulut kecil Adinda tidak berhenti bertanya. Mang Hadi pun dengan sabar dan senang hati membiarkan Adinda disitu .
Aku menunggu jawaban Bapak mertua. Yang sempat terdiam. Sejurus kemudian Bapak berkata
"Benar kata Adinda, Mang Hadi lebih membutuhkan kruk itu, Saya tahu kamu sayang saya, tapi saya kan sekarang masih bugar, masih bisa jalan, dan doakan saya tidak terkena sakit apapun sebelum meninggal" Bicara Bapak serius, lanjutnya..
"Kalau perlu , itu kursi roda juga sekalian di kasihkan Mang Hadi, akan lebih membantu, jika Mang Hadi gak kuat jalan, istrinya bisa mendorong nya menggunakan kursi roda itu"
"Jangan pikirkan hal yang belum tentu terjadi , daripada menyimpan barang yang sebenarnya sangat di butuhkan bagi yang kekurangan, lebih baik hibahkan sekarang, bersyukurlah, kita masih di kasih sehat, dan rejeki yang cukup!" Dengan bijak Bapak meyakinkan kami.
Adinda turun dari kursi dan menghambur ke arah kakeknya, Â nyempil di antara meja, Adinda memeluk kakek sambil tak henti ucapkan terimakasih .