[caption caption="Dok.pri "][/caption]Setiap negara, setiap daerah tentunya punya bahasa masing masing yang jika kita mampu mempelajari akan menambah wawasan dan perbendaharaan kemampuan bahasa kita.
Seperti di Indonesia sendiri, yang terdiri dari ribuan kepulauan, tiap daerahnya mempunyai bahasa yang berbeda. Artinya ada ribuan bahasa dengan dialek yang berbeda di setiap daerahnya, luar biasa!
Namun karena adanya bahasa persatuan yakni bahasa Indonesia, maka lebih memudahkan dan mempunyai persamaan kalimat ketika menyebut nama untuk satu produk atau tempat dari luar negeri dan biasanya masih tetap dengan nama asli dari mana produk atau brand itu berasal.
Contohnya seperti penyebutan McDonalds, KFC, Starbucks, Seven Eleven dan lain sebagainya dengan sebutan asli darimana nama dan merk itu berasal. Dari Sabang sampai Merauke tidak akan berubah.
Contohnya seperti ini. Nama toko retails dengan brand Seven Eleven orang Indonesia tidak berubah penyebutan menjadi “Tujuh Sebelas”. Mungkin ada yang iseng seperti itu tapi tidak menjadi paten. Artinya bukan julukan yang baku.
Coba jika sesuai bahasa daerahnya Seven Eleven di Jawa Tengah akan berubah menjadi “pitu sewelas”. Di Sunda menjadi “Tujuh Sabelas”. Di Padang menjadi “Tujuah Sabaleh” atau di Aceh menjadi “Tujuh Siblah”. Sungguh kaya dan bangganya Indonesia dengan beragam bahasanya. Namun lebih bangga karena kita di persatukan dengan bahasa satu Bahasa Indonesia .
Contoh lainya: Hot Dog, walaupun semua tahu kalau di alih bahasa Indonesia kan Hot Dog itu berarti “anjing panas” tapi warga Indonesia tetap menyebutnya Hot Dog!
Nah sekedar berbagi sedikit bahasa siapa tahu berguna, sekilas saya akan cerita bagaimana warga lokal Hong Kong sangat bangga dengan bahasa Ibu.
Bagi warga Hong Kong, mereka mempunyai pedoman tersendiri berdasarkan bahasa Khantonise, bahasa lokal warga Hong Kong dalam menyebut nama suatu "tempat" yang bagi penduduk bumi lain itu tidak merubah penyebutan kecuali dialek nya yang beda. Dan itu bisa menambah kosa kata bagi yang belum pernah mendengar dan saya pilih yang unik terkesan lucu tapi nyata.
Berikut ini contoh nama tempat, daerah atau negara dalam penyebutan bahasa baku oleh warga Hong Kong, saya mulai dari nama tempat dan makanan terlebih dahulu:
Jusco: Kacito
Seven Eleven: Jat Sapyat (Jat =7, Sapyat =11)
Park N Shop: Pakke
Welcome: Waihong
Japan Home: Yatpunseng
Cafe de Coral: Tagalog
KFC : Kai Hiong (Kai=ayam, Hiong = harum> bisa di artikan ayam goreng renyah)
Hot Dog : Yiit Kau (Yiiit:=panas, Kau= anjing)
Yang Bawah ini nama daerah lokal yang sangat familiar bagi pelancong dan perlu untuk diketahui jika Anda mau bertanya sama penduduk lokal. Anda pun akan mendengar pemberitahuan ini saat berada dalam MTR yang di ucapkan dalam tiga bahasa, Inggris, Kantonis dan Mandarin.
North Point: Pak Kwok
Couswaybay: Donglowan
Prince Edward: Daici
Central: Cungwan
Admiralty: Kem Chung
Quaribay Jatyicung
Diamond Hill: Jung Sik Sam
Jordan: Cotun
Central: Cung wan
Nama negara lain, yang bukan lagi beda dialek tetapi memang beda pengucapan dan ejaan, unik. Contoh:
Indonesia: Yan dai
America: Mei Kwok
Korea: Hong Kwok
Thailand: Dhai Kwok
Inggris: Ying Kwok
India: Yanto
China: Cung Kok/Talok
Bali: Baleto
Paris: Palai
Australia: Auto
Jepang: Yatpun
Arab: Alaba
Sedikit informasi, untuk penyebutan nama tempat/negara itu dari kata dasar bahasa Hong Kong sendiri seperti contoh:
Northpoint /pak kwok: Pak= putih, Kwok= Negara.
Kemudian:
Ying Kwok: Ying= Inggris, Kwok= Negara.
Jadi kesimpulannya mereka menyebut nama negara atas dasar dari bahasa baku dan mereka bangga akan bahasa sendiri. Untuk nama negara lain yang tidak ada kalimat “kwok” nya, kurang jelas bagaimana bisa berbeda seperti itu.
Selamat melancong ke Hong Kong . Negara kecil yang makmur dengan sebutan lain si Hutan Beton. Bagi yang muslim jangan khawatir untuk mencari makanan halal di sini. Restoran, warung, dan toko Indo tersebar di seluruh wilayah Hong Kong. Dan jangan kaget jika bertemu warga lokal HK membeli "Anjing Panas" karena itu memang bahasa baku mereka hehehe.
Salam Damai Anak Negeri.
Biken 5/04/16 Sai Wan Ho - HK
Tulisan ini juga saya posting di Buletin Voice of Migrant (VOM) HK.