Tapi inti dari saran mereka, terutama konsultan saya salah satu dari adik suami yang menjadi pengajar di daerah Solotigo menyarankan "minimal pegang  30 juta mbak". Saya mulai berbenah , berhitung dan mulai menabung dengan segala kemampuan. Berapa saya harus rutin menyisihkan srbagian gaji saya setelah saya sisihkan pula yang 2% untuk "dana ajaib" dan untuk kedua anak saya. Dan ini hitungan juga yang saya praktekan:Â
Yang sulung mulai masuk SMP dan adiknya dua tahun persis di bawahnya. Setiap bulan saya sisihkan wajib per satu anak 500 ribu X 3 thun = Â 18 juta
18 juta X 2 (masa SMP dan SMA) = 36 juta. Â Aman.
Sedang untuk adiknya ada selisih dua tahun anggap saja buat menutup jika dua tahun ke depan biaya tambah tinggi. Jikapun kurang sedikit masih ringan untuk menutupi. Daripada tidak nabung sama sekali.
Itu hitungan sederhana saya yang saya mampu melakukanya, dan tidak boleh  di utak atik oleh siapapun bahkan saya sendiri. Di luar itu saya berusaha menabung untuk dana tak terduga. Juga persiapan biaya jika saya pulang cuti. Selain saya harus memenuhi kebutuhan hidup sehari hari yang saya kirim setiap bulan. Maka ketika gajian semua sudah masuk pos masing masing, termasuk untuk asuransi jiwa saya yang ini juga saya anggap penting, salah satu antisipasi jika saya sakit atau kenapa napa sedikit meringankan keluarga tentunya.
Perencanaan yang matang, lebih dini lebih bagus untuk pendidikan anak di masa datang, sehingga jatah menabung atau jika mengikuti asuransi pendidikan maka premi yang di bayar lebih ringan, karena memiliki waktu yang panjang dengan nilai pertanggungan nilai yang luar biasa besar kelak jika memasukan asuransi pendidikan sejak jabang bayi.
Selain itu semua, semangat dan kemauan dari si anak sendiri. Bersyukurlah saya dalam keadaan ekonomi yang pas pasan. Kedua anak saya mampu menunjukan prestasi yang menggembirakan. Di dasari dari niat mereka bercita cita untuk sekolah tinggi, merubah nasib dan niat mulia untuk membahagiakan orang tua, mereka rajin belajar, disiplin dan sederhana dalam keseharian.
Kabar gembira selalu mereka sampaikan, manakala mereka meraih prestasi selalu rangking kelas  untuk si bungsu, dan ada di tiga besar untuk si sulung, atau saat mengikuti ajang perlombaan mewakili sekolahnya dan menang selalu mereka kabarkan dengan segera. Bahkan mereka rajin browsing bagai mana cara mendapatkan beasiswa bidik misi atau beasiswa lainya. Sayapun rajin mengirim artikel inspiratif tentang perjuangan melanjutkan sekolah yang lebih tinggi dan sukses.
Di suatu ketika di obrolan lewat chat, si bungsu berkata " jangan khawatir ibu, jangan berkecil hati menjadi TKI, kami bangga menjadi putra putri seorang wanita TKI yang tangguh, yang patut di banggakan, jaga diri baik baik ibu sehat selalu SALAM SUKSES, SALAM SUPER"!!. Mak nyeesss.
Â
Sumber bacaan: http://www.axa-mandiri.co.id/.