[caption id="attachment_370535" align="aligncenter" width="225" caption="indopost.co.id"][/caption]
Lahir di Pangandaran 15 January 1965 yang lalu. Sosok Susi Pudjiastuti menjadi sorotan di antara koleganya di cabinet kerja Jokowi - JK. Karena keunikan latar belakang, gaya dan perjalanan hidupnya. Gaya bicara yang ceplas ceplos di tambah kebiasaan merokoknya plus tato di kakinya dan yang lebih bikin heboh karena hanya tamatan sekolah menengah pertama,  membuat beliau menjadi trending topic di semua berita juga di medsos,  semua orang membicarakanya.
Sudah menjadi hal lumrah di masyarakat Indonesia, jika ada hal yang "aneh" apalagi bersangkutan dengan politik , maka semua orang akan mengeluarkan pendapatnya, dari  pejabat tinggi sampe penjual trasi , semua berhak berbicara dan semua sah sah saja. Namun ironisnya sebagian besar melihat , menilai dan menggunjing dari sisi negative, seakan diri sudah benar saja dalam menjalani hidup.
Jika kita mau menengok sedikit dari sekian banyak sisi positif atas pengangkatan Ibu Susi menjadi menteri oleh pak Presiden Jokowi, maka kita (saya pribadi)  menangkap PESAN  yang kuat akan sikap OPTIMIS sebagai pribadi atau sebagai warga Negara. sebagaimana yang tersirat juga saat sosok seorang Jokowi yang hanya orang biasa saja menjadi seorang presiden dan berlabel NEW HOPE seperti yang tertulis sebagai judul dalam majalah TIME baru baru ini.
Hak prerogratif seorang presiden untuk mengangkat para menteri untuk menjadi pembantunya dalam menjalankan roda pemerintahan, maka sudah pasti pak Jokowi memikirkan masak2 siapa yang akan di tunjuknya. Seperti dulu pernah di ucapkanya di suatu kesempatan , bahwa ..orang pintar banyak, tapi orang yang mau bekerja keras dan pintar, itu yang di cari!
Pendidikan penting, bahkan sangat penting, tapi berkaca dari sejumlah kasus, mereka yang berpendidikan tinggi, bergelar sepanjang rel sepur, berlatar belakang keluarga kaya dan berpangkat , namun hidupnya beguna hanya untuk diri sendiri, keluarga dengan hasil korupsi dan di akhir cerita menjadi penghuni penjara.
Artinya, bukan masalah "hanya lulusan smp kk bisa jadi mentri, gak perlu sekolah tinggi dong?" begitu tag yang saya dapat dalam faceebok saya kemaren oleh teman saya. Bukan begitu... kalian yang masih muda dan punya kesempatan, harus meraih pendidikan yang tinggi, . bagi para orang tua juga  harus tetap menyekolahkan anak2 setinggi mungkin , semampu kita, karena dengan pendidikan yang tinggi akan berdampak pada kualitas diri , menjadi pribadi yang matang , dewasa, mampu berpikir jernih dan siap bersaing dalam segala situasi. Dan berkaryalah , bergunalah untuk agama, bangsa dan Negara, sebagaimana do'a setiap orang tua.
Saya percaya dan optimis, pak Jokowi tidak sembarangan menjadikan ibu Susi sebagai pembantunya, selain sudah melewati filter dan saran dari berbagai pihak terutama KPK, Jokowi melihat sosok ibu Susi yang pekerja tangguh, god leader, menguasai bidangnya, dan sudah banyak masyarakat luas yang sudah merasakan manfaat akan karyanya.
Perjalanan karir ibu Susi sungguh  layak di teladani dan menjadi Inspirasi .  Sikap optimis, kerja keras, tekun, pantang menyerah , membuatnya sukses menjadi pebisnis di bidang perikanan dan penerbangan . Jika kemudian beliau sekarang di percaya menjadi seorang menteri, itu sudah menjadi suratan TAKDIR dari yang maha kuasa.
*Salam Damai Anak Negeri*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H