Mohon tunggu...
Biyanca Kenlim
Biyanca Kenlim Mohon Tunggu... Pekerja Mıgran Indonesia - Yo mung ngene iki

No matter how small it is, always wants to be useful to others. Simple woman but like no others. Wanita rumahan, tidak berpendidikan, hanya belajar dari teman, alam dan kebaikan Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Kemajuan dan Kemandirian Anak, Buah Keberhasilan Ortu dan Anak

8 November 2014   01:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:21 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14153604291135457867


  • *Terinspirasi dari satu artikel yang selalu menyalahkan Orang tua akan keminderan/ketidakberhasilan anak*


Tidak ada orang tua di manapun yang tidak menginginkan anak anak nya berhasil dan sukses.  Tidak ada orang tua yang rela melihat anak anaknya ,terlantar, menangis,  kelaparan,  sedih, kesepian,  pendiam,  minder, tidak bisa sekolah, terbelakang  , kuper,   atau hal hal negative lainya.  Sungguh tidak ada, di belahan dunia manapun.

Kalaupun ada , itu semua karena factor keadaan, bukan atas kemauan orang tua .  Binatang yang tidak mempunyai nalar, akal dan pikiran saja , begitu sayang dan melindungi anak anaknya, apalagi kita manusia yang di karuniai akal dan perasaan. Dan jikalau ada kasus satu dua ortu yang tega "memangsa" anaknya, itu hanya oknum  yang  akal pikiranya sudah di kuasai setan.

Keberhasilan, kemajuan dan kemandirian anak, selain factor lingkungan,   dorongan dan adanya fasilitas dari orang tua, itu akan terjadi karena adanya kemauan dari anak itu sendiri. Justru kemauan anak itu sendirilah yang mampu membawa kesuksesan dan prestai dalm dirinya, sebagai contoh :

BERLIMPAH FASILITAS VS tak ada minat anak.

Orang tua yang kaya/ mampu secara finalsial akan menuruti dan membiayai  apapun yang menjadi keinginan anak, selain membari kasih sayang dan perhatian,   ortu akan membimbing dan mengarahkan yang terbaik untuk anaknya, banyak yang sukses, karena  adanya dukungan ortu  dengan segala fasilitasnya, juga kemauan anak.     Namun jika si anak ,   melempem,  tak ada kemauan diri yang kuat,  semua fasilitas  yang ada seakan  sia sia,  anak hanya akan menjadi yang kesekian dari harapan ortu yang ingin membanggakan si anak karena lubernya fasilitas. masih bersyukur jika tidak mblangsak karena jor jor an materi dan pengaruh lingkungan yang negative.

MINIM FASILITAS plus Anak Berjuang Keras

Banyak sekali  keluarga atau ortu yang berpenghasilan pas pas an, namun  tidak mengurangi  harapan dan cita2 ortu untuk sang buah hati, melimpahkan kasih sayang dan perhatian yang ada , agar anak mendapatkan ketenangan , kebahagiaan dan cinta dari keluarga.    Orang tua  berjuang   mati matian di iringi do'a siang malam.  Si anak tau diri,  dia mampu berhemat, belajar keras ,  berkeinginan kuat untuk menjadi yang terbaik, akhirnya prestasi yang membanggakan di raih, selain dia  selalu rangking kelas, dia menjadi kebanggaan sekolah dan lingkunganya  karena prestasi2 lainya ,  dia tipe anak  cerdas,  santun  dan  pandai membawa diri. walau hidup tidak berlimpah materi.

Kisah yang kedua itu benar2 terjadi pada saya.  Karena minimnya fasilitas (materi)  dan jarak yang memisahkan, saya sebagai  ibu tidak bisa  mendampingi setiap saat mereka butuhkan, jadi keberhasilan mereka dalam berprestasi mutlak karena perjuangan mereka sendiri.  Saya hanya mampu mengontrol  dan memotifasi  lewat komunikasi yang terbatas, satu yang pasti  rangkaian do'a saya yang tak pernah berujung, di siang ataupun tengah malam.

Namun semua itu juga tidak bisa serta merta terjadi, di dasari dari pendidikan dan kasih sayang  keluarga sejak dini untuk melandasi sifat mandiri di kemudian hari.   Jiwa saya yang  keturunan  dagang, sejak berkeluarga tidak ingin berpangku tangan  terima jatah dari suami,  saya menyibukan diri dengan dagang kecil2 an. dari kesibukan itu saya membiasakan anak2 saya untuk  mandiri, untuk masalah uang jajan juga saya ajarkan mereka untuk mengelolanya,  selain sudah terbiasa melihat kejelian ortu , mereka mengikuti  atas kemauan sendiri, selain dari contoh ortunya terutama ibunya ( saya sendiri) mereka (anak yang pertama awalnya) mencatat setiap uang jajan yang saya kasih,   contoh ;


  • di kasih uang jajan RP 2000.  beli siomay RP 500, batagor RP 500,  dan es tung tung RP 500 ( air minum bawa dari rumah)  saldo RP 500 masukin celengan.


Walaupun nilainya minim tapi jika kita membiasakan anak2 untuk mencatat pengeluaran, mereka akan belajar berhemat sejak keci, mana2 hal yang penting dan mana yang tidak harus di beli.

Masalah kedisiplinan waktu juga begitu, orang tua wajib mencontohkan, namun kemauan anaklah yang menentukan, contoh : setelah kepindahan saya dari Tangerang ke semarang, anak2 sekolah di daerah Banyumanik, beserta papanya dan mbak yang ngasuhnya, sedang saya sendiri di banaran dekat area kampus IKIP buka usaha.  Di akhir pekan mereka  nginap di warung, di senin pagi anak saya yang pertama kelas 4, jam 5 sudah bangun kemudian mandi dan mempersiapkan segala sesuatunya, begitu melihat kakanya bangun adiknya yang masih kelas 2 pun ikut terbangun walau agak malas2 an.

Namun begitulah antara contoh dan kemauan diri itu harus sejalan. Tak heran jika sebulan yang lalu saya mendapat sms dari anak pertama saya yang sudah duduk di bangku  SMK , mengabarkan jika dia meraih rangking TIGA setelah setahun yang lalu berada di rangking Sembilan, ini sangat membuat saya bangga dan bahagia, selain adiknya yang selalu rangking satu di kelasnya.(SMP)

Justru dari mereka selain ada rasa bangga, saya yang  merantau jauh di negeri orang menjadi lebih semangat,  karena  kedua anak saya selalu  mengatakan, " Ibu jangan khawatir kami anak2 sudah dewasa, bisa menjaga diri, kami  tidak malu menjadi anak TKI, bahkan kami akan membuat ibu bangga  dengan menjadi anak TKI yang berguna. mak ceesss...

Memang masih panjaaang perjalanan untuk meraih sukses selanjutnya, namun jika dari DALAM DIRI SENDIRI ada kemauan kuat untuk maju, berprestasi  dan  berhasil,  walau terbatas situasi dan kondisi, support dan do'a dari orang tua, niscaya kesuksesan dan kebahagiaan akan di raih.

Jika ada yang menyalahkan orangtua karena diri merasa tidak berhasil, apalagi menyalahkan para orang tua Indonesia yang tak mampu mendidik anak, karena katrok dan lain sebagainya, sudahkah orangtuanya mencontohkan atau ada kemauan diri yang kuat untuk mengatasi dari sulitnya situasi dan kondisi?

Saya juga hanya seorang ibu yang sendirian banting tulang demi anak2 tercinta, namun tak lelah bekerja, mensuport dan berdo;a untuk anak2 nya yang berjuang sendiri juga di ujung negeri sana. Artinya selain peran orang tua, keberhasilan anak adalah karena perjuangan dan kemauan anak itu sendiri.

*Salam Damai Anak Negeri*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun