Mohon tunggu...
Ari Wibowo
Ari Wibowo Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat Tulisan

Belajar Terus Menerus

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Covid-19, Antara Kejujuran dan Ketakutan

20 April 2020   12:37 Diperbarui: 20 April 2020   12:56 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari yang lalu saya membaca berita online di Kompas.com dengan judul "46 Tenaga Medis Positif Corona di RSUP Kariadi Semarang Tertular Pasien Tidak Jujur" (17/04/2020). Lalu Gubernur Jawa Tengah Bapak Ganjar Pranowo menyatakan kekesalannya pada pasien yang tidak jujur tersebut. 

Sebelumnya juga ada berita yang serupa di Tribunnews Banyumas.com, terkait dengan ketidakjujuran pasien di RSUD Purwodadi, hingga menyebabkan 76 pegawai RSUD terkena imbasnya (10/04/2020). Belum lagi banyaknya berita hoaks yang muncul di berbagai whatsapp group (WAG) .

Ada apa sebenarnya yang terjadi dengan masyarakat kita? Sejak wabah covid-19 menghantui, banyak sekali tingkah polah warga yang bikin miris. 

Mulai dari penolakan jenazah, panic buying, menyebarkan hoaks dan membangun stigma negatif kepada tenaga medis dan pasien covid-19, sampai kasus ketidakjujuran pasien. Ini menunjukkan bahwa dampak wabah covid-19 tidak hanya berpengaruh pada sektor ekonomi, sosial, dan politik saja. Namun juga berpengaruh pada tergerusnya nilai moral kemanusiaan yang menjadi karakter bangsa.

Kejujuran adalah etika dan nilai moral tertinggi dalam kepribadian hidup seseorang. Dalam dimensi agama kejujuran menjadi tolak ukur tingkat keimanan seseorang dan semua agama mengajarkan nilai ini. Bahkan sejak kecil orang tua kita telah mengajarkan arti penting dari kejujuran. Dalam dimensi kehidupan berbangsa dan bernegara nilai kejujuran juga menjadi prinisip dasar  yang tidak boleh hilang. Meskipun sebenarnya  bangsa kita saat ini tengah mengalami degradasi moral.

Selain itu, kejujuran juga menjadi modal hidup bagi seseorang, dimanapun ia berada modal hidup ini akan membuat orang itu dihargai dan dihormati, begitu pun sebaliknya bila ia berperilaku tidak jujur, maka akan mendatangkan kesengsaraan bagi kehidupannya, bahkan orang lain pun akan terkena dampaknya.

Terkait dengan konteks ketidakjujuran pasien saat pandemi covid-19 saya melihat ada unsur ketakutan dan kepanikan yang menjadi salah satu penyebabnya. Perilaku yang tidak jujur (berbohong) barangkali muncul karena pengalaman masa kecil yang traumatis. Diperkuat oleh pernyataan Bertrand Russel yang mengungkapkan bahwa anak-anak tidak jujur karena rasa takut dan perilaku itu berbekas hingga mereka dewasa.

Selanjutnya, orang terpaksa berbohong karena takut mendapatkan stigma negatif dari masyarakat. Sejak wabah covid-19 menghantui masyarakat Indonesia. Kerap muncul stigma negatif kepada pasien covid-19 dan keluarganya. Mereka khawatir kejujuran mereka justru akan memicu munculnya stigma negatif tersebut. 

 Tentu ini menjadi alasan atau motif yang kuat bagi seseorang untuk tidak jujur. Dalam pandangan formal perilaku tidak jujur dikaji melalui pendekatan teori tindakan beralasan (theory of reasoned ) yang diperkenalkan oleh Martin  Fishbein dan Ajzen (1967). Teori ini menjadi dasar dalam melakukan penelitian terhadap perilaku tidak jujur dari seseorang. Salah satunya untuk melihat persesi individu terhadap tekanan sosial yang diterimanya.

Lantas bagaimana sikap kita terhadap orang atau pasien yang tidak jujur tersebut? Tentu ini bukan saatnya untuk mencela, menghardik, atau menghakimi mereka. Apa yang mereka lakukan pasti beralasan. Hanya saja, alasan subjektif mereka tidak bisa diterima oleh orang lain. Pasti kita menyesalakan perilaku tersebut justru muncul ditengah wabah covid-19 saat ini, padahal pemerintah sudah sangat jelas memberikan prosedur penanganan covid-19 kepada masyarakat.

Seharusnya masyarakat makin sadar dan bisa membuka diri, tak ada salahnya kita jujur dengan kondisi kita saat ini, apalagi memiliki resiko dan gejala covid-19. Kejujuran itu akan membawa diri kita dan orang lain menjadi selamat. Tidak akan ada muncul stigma negatif kalau kita mau jujur. 

Mari kita sama-sama memberi edukasi kepada masyarakat untuk kembali menguatkan kesadaran dan kejujuran. Masyarakat punya andil yang besar untuk menjaga pola komunikasi edukasi yang ada di lingkungannya. Peran masyarakat menjadi penting untuk mengendalikan rasa takut dan panik warganya, sehingga tidak menimbulkan masalah baru.

"Jujurlah meski pahit, Sadarlah biar kita bisa tetap sehat dan selamat"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun