Mohon tunggu...
Ari Wibowo
Ari Wibowo Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat Tulisan

Belajar Terus Menerus

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Covid-19 dan Social Care from Home

12 April 2020   10:41 Diperbarui: 12 April 2020   11:05 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setiap hari kita selalu disajikan grafik perkembangan pandemi Covid-19 melalui laporan media center penanganan Covid-19 pemerintah Indonesia. Setiap hari juga kita selalu diminta untuk terus meningkatkan kewaspadaan dan berupaya melakukan pencegahan Covid-19 secara masif. 

Bahkan Presiden Jokowi pada keterangan pers 15 Maret yang lalu menekankan agar masyarakat segera melakukan gerakan social distancing/physical distancing (upaya menjaga jarak hubungan sosial) . 

Meskipun ada sebagian masyarakat berharap pemerintah memilih kebijakan lockdown (mengunci akses keluar masuk masyarakat dari suatu negara atau daerah), sampai ketika itu jagad maya diramaikan  dengan tagar #Indonesia_LockdownPlease.

Setiap kebijakan pasti menuai pro dan kontra, tapi yang harus disadari oleh masyarakat ialah kepekaan terhadap kebijakan. Nilai positif dari kebijakan itulah yang seharusnya menjadi perhatian bagi masyarakat. 

Kita mesti ingat bahwa wabah virus Covid-19 tak mengenal siapapun dan apapun status sosialnya. Tragisnya, belum ada yang mampu menjamin kapan berakhirnya badai virus Covid-19 ini. 

Kita harus menerima kondisi ini bukan dengan keegoisan dan ketakutan yang mendalam, hingga muncul masalah baru Panic Buying (perilaku belanja yang berlebihan). 

Kita tidak perlu seperti masyarakat di Inggris dan Australia yang tetap menimbun dan belanja berbagai bahan makanan.  Meskipun Perdana Menteri Australia Scott Morrison telah memperingatkan warganya untuk berhenti menimbun barang pokok.

Sedangkan di Indonesia wabah panic buying ini juga terjadi di 6 (enam) kota besar Jakarta dan sekitarnya hingga Semarang, Surabaya dan Bali, seperti diungkap Roy Mandey (Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia). 

Selain panic buying di Indonesia juga muncul hoax (berita bohong) seputar Covid-19, ada saja oknum yang memanfaatkan situasi ini untuk menakuti masyarakat dan membuat masyarakat semakin cemas dan khawatir. 

Tragisnya isu seputar SARA pun menjadi bahan bagi mereka untuk menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap fatwa MUI dan kebijakan pemerintah. Dimana letak kepedulian sosial masyarakat dibalik Covid-19, kalau egoisme masyarakat justru muncul secara berlebihan. 

Bahkan mengarah pada pelanggaran hukum seperti yang dikutip dalam laman berita Republika pada 16/03/2020 bahwa ada lebih dari 25 tersangka dari 12 kasus penimbunan masker yang berhasil diungkap kepolisian.

Lantas apa yang harus kita lakukan untuk menghadapi itu? Selain melakukan pencegahan dan meningkatkan daya tahan tubuh, kita juga harus meningkatkan kepedulian sosial. 

Kelompok masyarakat menengah atas bisa saja melakukan social distancing/physical distancing  dengan perbekalan bahan makanan yang memadai. Lantas bagaimana dengan kelompok masyarakat miskin yang mereka harus tetap keluar untuk mencari kebutuhan makanan setiap hari. 

Memenjarakan diri kita di rumah bukan berarti kita juga harus memenjarakan kepedulian dan rasa kemanusiaan kita terhadap orang lain. Kita bisa saja banyak berbelanja, tapi kita juga harus bisa memberi belanja bagi orang lain yang membutuhkan. Beribadah dari rumah bukan berarti kita terhalang untuk bersedekah dan membantu orang lain.

Kita beri apresiasi yang mendalam bagi paramedis dan ahli medis yang telah bertugas tanpa lelah. Kita dukung  para psikolog yang telah membuka biro layanan konsultasi psikologis secara online bagi warga yang cemas dan takut terhadap  wabah Covid-19. 

Tokoh agama yang secara massif menyiarkan program pencegahan Covid-19 di berbagai media sosial. Para mahasiswa yang melakukan gerakan kampanye cegah Covid-19 dan membangun kepedulian sosial dan masih banyak lagi berbagai bentuk kepedulian sosial yang bisa kita lakukan.

Semoga work from home juga membawa kita untuk social care from home.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun